JAKARTA, JURNALBABEL.COM – 40 karya perupa muda dari 15 provinsi di Indonesia dipamerkan di Museum Basoeki Abdullah yang terletak di Jalan Keuangan Raya Nomor 120, Cilandak, Jakarta Selatan. Seluruh karya itu dipamerkan mulai 25 September 2019 sampai 25 Oktober 2019 hasil dari kompetisi Basoeki Abdullah Art Award (BAAA) #3 Re-Mitologisasi.
Sejak sosialisasi BAAA #3 pada April-Agustus 2019, terjaring sebanyak 263 judul karya para perupa usia 17-30 tahun dari 219 peserta di Indonesia. Lalu terpilih lima pemenang yang masing-masing mendapatkan hadiah uang tunas sebesar Rp 25 juta.
Kelima pemenang itu adalah Galih Reza Suseno dengan karya Relief Satir, Dyan Conro dengan karya Wanita, Busana, dan Adunan, Ajar Ardianto dengan karya Strong World, Yanuar Ikhsan Pamudi dengan karya Refuse to Forget, dan Alfiah Rahdini dengan karya The Apropriation of Basuki Abdullah’s Nyai Loro Kidul.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sri Hartini, mengatakan, kompetisi ini memberikan ekspresi kesadaran yang utuh terhadap karya seni. Utamanya terhadap hasil karya Basoeki Abdullah. “Perupa muda ini menjadi penerus Basoeki Abdullah. Banyak yang harus digali untuk menghasilkan perupa-perupa baru,” kata Sri Hartini dalam sambutan pembukaan pameran hasil kompetisi BAAA #3 Re-Mitologisasi di Museum Basoeki Abdullah, Rabu (25/9/2019).
“Kami ingin millenia ini menjadi pemaju kebudayaan, dan jangan kalah dengan maestro Basoeki Abdullah dalam berkarya,” sambungnya.
Tim Juri pada kompetisi kali ini berasal dari latar belakang berbeda, mulai dari akademisi, pengamat, pencinta dan pelaku dunia seni. Adapun nama-nama tersebut antara lain adalah: Rikrik Kusmara dari FSRD ITB Bandung, Djuli Djatiprambudi dari Universitas Negeri Surabaya, Mikke Susanto dari ISI Yogyakarta, serta praktisi seni dan juga kurator dari Jakarta, Irawan Karseno dan Amir Sidharta.
Re-Mitologisasi menjadi tema yang dipilih dalam kompetisi ini karena mitos memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Tidak hanya dianggap atau diartikulasi sebagai sebuah kepercayaan khayali yang menyandera hidup manusia.
Tema yang diusung dalam program kali ketiga ini juga mengungkap ekspresi yang berasal dari karya-karya Basoeki Abdullah, utamanya karya-karya yang bertema atau berseri mitologi. Sejumlah lukisan seperti Djoko Tarub, Nyi Roro Kidul, Dewi Sri, maupun yang berasal dari dunia pewayangan adalah beberapa contoh di antaranya.
Kurator yang juga salah satu dewan juri kompetisi ini, Mikke Susanto, mengungkapkan bahwa yang terpenting dari kompetisi ini adalah para perupa muda mengangkat isu-isu lokal di daerahnya ke dalam karya seni. “Contohnya ada perupa dari Yogyakarta buat karya seni dari anyaman rotan,” kata Mikke.
Ia menambahkan bahwa perupa itu dalam membuat karya seni bukan hanya untuk dirinya sendiri. Tetapi harus juga bermanfaat untuk orang lain.
Editor: Bobby