Jakarta, JurnalBabel.com – Ketua DPD Partai Demokrat DKI Jakarta, Santoso, menyoroti kabar yang beredar di media bahwa Partai Amanat Nasional (PAN) ikut bergabung dalam koalisi Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Menurut Santoso, elite partai politik (parpol) boleh saja melakukan koalisi, namun yang menentukan kemenangan itu ada di pilihan rakyat. Sebab itu, lanjut dia, meski semua parpol bergabung dalam koalisi pemerintahan, partainya tidak gentar.
“Apapun bentuk dan kekuatan koalisi yang dibangun oleh parpol pendukung penguasa dalam mempertahankan status quo, kami Partai Demokrat tidak gentar karena koalisi kami dengan rakyat,” kata Santoso saat dihubungi, Minggu (29/8/2021).
Koalisi yang dibangun saat ini oleh parpol pendukung Jokowi-Ma’ruf Amin semakin tambah gemuk setelah Partai Gerindra dan menyusul PAN ikut dalam koalisi tersebut.
Sebelumnya PDIP, Partai Golkar, NasDem, PKB, PPP, PBB, Hanura, PSI, Perindo dan PKPI, telah dahulu tergabung dalam parpol koalisi pendukung pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Hanya PKS disusul Partai Demokrat yang berada diluar pemerintahan atau parpol oposisi.
Lebih lanjut Santoso yang juga Anggota Komisi III DPR ini menilai Pemilu 2024 masih 3 tahun lagi, tapi parpol koalisi pendukung pemerintahan Jokowi malah merangkul PAN untuk bergabung, itu menunjukan adanya ketakutan dari pihak parpol pendukung penguasa.
“Kepada partai non pendukung pemerintah yang semakin mengecil setelah PAN bergabung, ini adalah fenomena baru dalam sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia. Dimana koalisi makin diperbanyak dalam rangka mendukung penguasa dalam menjalankan pemerintahannya,” jelasnya.
Santoso menambahkan cara tersebut tidak sehat dalam menciptakan chek and balance pada sistem negara demokrasi.
“Jangan sebagai negara demokrasi tapi dalam menjalankan sistem demokrasinya, parpol dan rakyat dikebiri dan dibungkam hanya dinilai dari banyaknya koalisi parpol pendukung penguasa yang menguasai parlemen dalam memutuskan dukungan kepada pemerintah,” pungkasnya. (Bie)