Jakarta, JurnalBabel.com – Gejolak sejumlah harga global sejumlah komoditas terus terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS, Amin Ak, mewanti-wanti Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mewaspadai ledakan harga global yang pastinya akan berdampak ke dalam negeri mengingat ketergantungan impor.
“Di satu sisi Indonesia mendapat berkah dari kenaikan harga sawit dan batu bara. Namun di sisi lain, gejolak harga pangan global juga menghantui Indonesia,” kata Amin dikutip dari situs resmi PKS, Rabu (9/3/2022).
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sembilan dari 15 bahan makanan pokok yang dipantau Kementerian Perdagangan tahun ini mengalami kenaikan.
Minyak goreng, tepung terigu, kedelai, daging sapi, daging dan telur ayam, cabe merah, hingga cabe rawit terus merangkak naik.
Amin pantas khawatir karena beberapa kali pemerintah terlambat mengantisipasi penurunan pasokan pangan global yang berdampak naiknya harga sejumlah kebutuhan seperti kedelai, gandum yang merupakan bahan baku mie dan tepung terigu, serta daging sapi.
Pemerintah juga gagal menstabilkan pasokan dan harga minyak goreng dalam tiga bulan terakhir, meski sudah menerapkan kewajiban domestic market obligatioan (DMO) sebesar 20%.
Di sektor hulu, pemerintah juga gagal menjamin ketersediaan pupuk yang sangat vital bagi upaya mempertahankan produksi pangan pokok seperti beras dan jagung. Di berbagai daerah, ratusan ribu petani mengeluhkan sulitnya memperoleh pupuk terutama pupuk subsidi.
Tekanan terhadap perekonomian nasional makin berat karena tren kenaikan minyak mentah dunia terus terjadi.
Kemarin minyak mentah jenis Brent meroket hingga nyaris menembus US$ 140 per barel. Harga tersebut lebih dari dua kali lipat dari asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ ICP) pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 sebesar US$ 63 per barel.
Perang Rusia melawan Ukraina diperkirakan akan berdampak pada gejolak harga-harga komoditas global.
Sejumlah lembaga global memperkirakan harga energi pada level tinggi akan bertahan hingga tahun 2023. Apalagi Rusia, menjadi pemasok terbesar minyak dan gas ke Eropa yang kini meng-embargonya. Kenaikan BBM akan berefek domino pada kenaikan harga-harga di dalam negeri.
“Jika tidak diantisipasi dan dikelola dengan baik, gejolak harga berbagai komoditas ini akan membuat defisit anggaran kian dalam. Ekonomi domestik pun akan makin tertekan,” tegasnya.
Wakil Rakyat dari Dapil Jatim IV itu pun mendesak pemerintah untuk memperbaiki koordinasi lintas kementerian dan lembaga untuk mengatasi persoalan ini. Amin menengarai, rapuhnya koordinasi di internal pemerintah menjadikan lambannya antisipasi lonjakan harga global.
“Alih-alih kita bisa memanen untung dari tingginya harga komoditas global, rentannya masalah hulu atau produksi, justru membuat ketergantungan impor makin tinggi,” kata Amin.
Komoditas daging dan gula pasir adalah contoh nyata lemahnya produksi dalam negeri, padahal semestinya sumber daya Indonesia untuk swasembada lebih dari cukup. Ia mendukung penguatan Perum Bulog untuk menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok.
“Pemerintah harus berani memerangi mafia pangan dan bersikap pro rakyat. Jangan biarkan mafia terus mengontrol harga-harga kebutuhan pokok rakyat,” pungkasnya.
(Bie)