Jakarta, JurnalBabel.com – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menghadiri seminar Masyarakat Profesional Sumatera Bagian Selatan (Maspro Sumbagsel) Jilid II di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu, (16/4/2022).
Turut hadir dalam seminar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Ketua BPK Agung Firman Sampurna.
Selain itu, 5 Kepala Daerah di Wilayah Aglomerasi Sumbagsel juga hadir, yaitu Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, Gubernur Jambi Al Haris dan Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah.
Erick Thohir menjadi salah satu pembicara dalam seminar bertajuk Komitmen “Dulur Kito” Untuk Konetivitas Sumbagsel.
Pada kesempatan itu, Erick Thohir mengatakan perlu adanya peta jalan (roadmap) yang jelas dalam menyongsong Indonesia Emas 2045. Pasalnya, diprediksi Indonesia akan menjadi salah satu negara 5 terbesar ekonomi dunia.
Dua di antaranya, Erick mendorong roadmap hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA) dan ketahanan pangan secara nasional khusus di wilayah Sumatera Bagian Selatan.
“Tentu saya ingin mencoba mendalami ada beberapa hal yang disampaikan, Indonesia akan menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang penting harus mempunyai roadmap sendiri salah satu roadmapnya adalah hilirisasi Sumber Daya Alam dan ketahanan pangan,” ujar Erick Thohir dalam sambutannya.
Erick menjelaskan kebutuhan pangan dunia ke depan akan terus tumbuh dan Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan sumber daya alamnya yang diekspor secara mentah ke negara lain. Oleh sebab itu diperlukan upaya hilirisasi untuk menciptakan nilai tambah.
“Sebuah potensi bagaimana Sumbagsel bisa mengambil kesempatan selain tadi infrastruktur, tetapi menjadi penopang daripada pemasukan negara ataupun daerah dari segi Sumber Daya Alam dan pangan,” jelasnya.
Erick menyebut Provinsi Bangka Belitung memiliki kandungan sumber daya timah terbesar di dunia. Maka dari itu Erick mendorong Bangka Belitung membuat Kawasan industri terpadu terkait tambang Timah.
“Apa yang disampaikan disampaikan Gubernur Bangka Belitung mengenai timah memang kita ini kan salah satu produsen timah terbesar di dunia, yang selama ini Indonesia tidak hanya timah tetapi di semua sumber daya alam kita masih terjebak mindset untuk menjual raw material atau bahan baku kita itu masih sampai 50% untuk yang namanya ekspor bahan baku kita di dunia,” kata Erick.
“Padahal negara-negara tetangga kita sekarang sudah bisa di bawah 22%, inilah menjadi kekuatan kita, tentu dengan Menteri Investasi nanti Pak Gubernur ini penting sekali ini yang dinamakan kawasan industri terpadu di Bangka Belitung itu harus dipertimbangkan,” imbuhnya.
Erick yang juga Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) itu meminta Bangka Belitung fokus untuk melakukan hilirisasi Timah dengan menciptakan ekosistem baru yang tentunya akan menumbuhkan ekonomi baru dan terciptanya lapangan kerja baru.
“Jadi ini Bangka Belitung kalau fokus di satu ini dengan seluruh ekosistemnya seperti contoh apa yang dilakukan kemarin di Batang, Jawa Tengah, itu hasilnya luar biasa dari 4.600 hektar di Batang itu sekarang sudah terinvestasi hampir 2.000 hektar dalam waktu 2 tahun lebih. Ini artinya apa ada investasi masuk bagaimana pertumbuhan ekonomi terjadi dan pembukaan lapangan kerja,” paparnya.
Sementara itu, untuk Provinsi Bengkulu, Erick menekankan fokus terhadap ketahanan pangan yang dapat dikolaborasikan dengan program Makmur BUMN yaitu penguatan ekosistem untuk meningkatkan kesejahteraan para petani.
“Untuk Bengkulu sendiri saya tidak bicara mengenai infrastruktur, tetapi saya bicara tentang pangan bahwa pangan ini menjadi hal yang sangat penting. Saya kalau bicara pangan memang salah satunya di Kementerian BUMN ini mengenalkan yang namanya Makmur,” ungkapnya.
Erick menerangkan program Makmur ini menargetkan sekitar 200 ribu hektar lahan, namun baru berjalan hampir 80 ribu hektar dan khusus untuk wilayah di Sumbagsel ini ada 8.000 hektar.
“Ini yang membedakan dengan program-program sebelumnya di mana kalau program sebelumnya petani itu hanya diberi pembiayaan tetapi tidak ada pendampingnya bahkan kalau gagal panen didiamkan sendiri karena tidak ada offtakernya,” ulas Erick.
Sebaliknya dengan program Makmur yang fokus terhadap 5 komoditas pangan yaitu Sawit, Gula, Padi, Kopi dan Jagung, BUMN turut memberikan kontribusi untuk memberikan pelayanan yang berpihak kepada para petani sehingga tercipta ketahanan pangan.
“Jadi para petani ini diberikan namanya pendanaan dari bank-bank Himbara lalu diberikan pupuk yang tepat waktu, tetapi non subsidi, tetapi bibitnya yang benar lalu didampingi oleh Jasindo kalau gagal panen, lalu hasilnya 100% di offtaker oleh RNI, PTPN bersama swasta,” jelasnya.
(Bie)