Ketua DPRD Provinsi Kepulauan Babel, Didit Srigusjaya, SH, MH (foto ; stefan)
Jurnalbabel.com—Di antara pejabat tinggi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sosok yang satu ini terlihat begitu akrab dengan institusi agama, tanpa membedakan. Ia kerap terlihat dalam acara gereja, Keuskupan Pangkalpinang. Dialah, Didit Srigusjaya . Pria berpenampilan kepala plontos ini, tak lain adalah Ketua DPRD I Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel).
Sehari setelah pilkada serentak, jurnalbabel.com bertemu dengan sosok ini pada perayaan konsekrasi atau pentahbisan Gereja Stasi St Petrus Kampung Jeruk, Bangka Tengah. Terlihat, pria yang bergelar Magister Hukum ini tidak pernah berhenti menyalami umat katolik.
Di sudut lain, ia begitu akrab dengan para pastor. Bahkan ia memanggil para romo itu, dengan namanya masing-masing. “Saya sudah akrab dengan mereka, sering bekerjasama juga dengan para pastor ini, untuk menjaga kebhinekaan,” tuturnya di halaman Gereja St Petrus Kampung Jeruk, Bangka Belitung, Kamis 28 Juni 2018.
Baginya, wajah Gereja Katolik yang terpancar pada para pastor dan umatnya, terlihat begitu tulus menjaga keharmonisan itu di Babel. “Hubungan antar agama di Bangka Belitung, begitu luar biasa,” imbuhnya.
Sebelumnya dalam kata sambutannya di depan Uskup Keuskupan Pangkalpinang, ketua DPRD Babel ini mengajak umat dan warga untuk menjadikan Babel sebagai miniature kerukunan antar umat beragama yang ada di Indonesia. “Jadikan Bangka Belitung, miniature kerukunan antar umat beragama yang ada di Indonesia,” tegas Didit di hadapan Mgr Adrianus Sunarko OFM.
Dalam obrolan lepas, sosok yang bicara apa adanya ini, mengatakan bahwa menjaga kerukunan ini adalah komitmen. “Komitmen seperti ini kita mulai dari daerah-daerah, NKRI adalah harga mati,” ungkap pria yang berasal dari Koba, Bangka Tegah ini.
Ternyata Didit tidak hanya beretorika. Ia juga sudah berbuat nyata untuk membangun kerukunan beragama itu dengan peduli pada pembangunan gereja-gereja di wilayah Bangka Belitung. “Pada tahun 2013 lalu, kami menyalurkan seratus juta lebih untuk pebangunan gereja Kampung Jeruk ini,” tuturnya.
Oleh karena itu, baginya menghadiri peresmian gereja adalah bentuk komunikasinya untuk menjaga kebersamaan di antara umat beragama. “Saya hampir berusia empat puluh tiga tahun, dan keanekaragaman di Bangka Belitung, begitu luar biasa,” tuturnya.
Ia pun mengimbuhkan, bahwa kecenderungannya untuk tidak membedakan suku dan agama. “Kita juga tidak mempersoalkan asal seseorang dari mana,” tutur wakil rakyat dari PDIP ini.
Didit juga memberi contoh bahwa, setiap kali lebaran, saudara-suadara dari agama lain juga dating bersilahturahmi ke rumahnya. “Begitu juga kalau natal dan tahun baru, kami bersilaturahmi ke umat Kristen dan juga ke Keuskupan dan pastoran-pastoran,” pungkasnya.
Stefan Kelen