Jakarta, JurnalBabel.com – Pemerhati pangan, Irma Suryani Chaniago, meminta Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyampaikan data dalam melihat produksi beras tahun ini. Baginya data sangat penting karena pangan adalah kebutuhan utama masyarakat Indonesia.
“Jangan pakai asumsi tapi pakailah data. Jadi, semuanya jelas dan masyarakat tidak bimbang karena masalah beras,” ujar Irma Suryani, Kamis (14/9/2023).
Sebelumnya, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi dalam lawatannya ke pabrik gabah perusahaan swasta di Banten menyebutkan, pasokan gabah menurun akibat produksi yang menipis. Arief mengatakan, neraca produksi padi bulanan pada Agustus hingga Desember mengalami defisit.
Irma berpandangan pernyataan itu tidak tepat. Menurutnya, panen raya pada setiap bulan terus ada dan berlangsung di sejumlah sentra. Hal itu terlihat dari data bulanan Badan Pusat Statistis (BPS).
Pada Januari, panen raya berlangsung di luas lahan 448 ribu hektare, Februari 940 ribu hektare, Maret 1.649 ribu hektare, April 1.175 ribu hektare, Mei 973 ribu hektare, Juni 950 ribu hektare, Juli 828 ribu hektare, Agustus 815 ribu hektare, September 832 ribu hectare, dan Oktober 753 ribu hektare.
“Jadi, sekali lagi jangan pakai asumsi apalagi ini masalah beras. Pakai data yang ada agar semua jelas,” tegasnya.
Irma mengakui, saat ini memang terjadi kenaikan harga beras. Namun, menurutnya, itu adalah anomali. Anomali ini perlu ditelusuri, karena faktor pembentuk harga erat kaitannya dengan sistem logistik, sistem distribusi, transportasi, juga struktur pasar dan perilaku pasar.
“Jadi, terjadinya dinamika harga juga efek psikologi pasar dari pengaruh bias informasi krisis ekonomi global, iklim ekstrem, pasca Covid-19, dan lainnya,” katanya.
Dia lalu memaparkan laporan dari sejumlah daerah mengenai produksi. Di Wonogiri, data produksi gabah kering giling (GKG) sampai Juli 2023 mencapai 330.232 ton.
Dari angka itu, dia memperkirakan, GKG yang keluar dari Wonogiri sebanyak 171.023 ton. Dengan begitu ketersediaan beras di Wonogiri sampai Juli 2023 setara 93.725 ton.
Adapun kebutuhan konsumsi beras di Wonogiri sampai Juli 2023 sebanyak 58.101 ton. Artinya masih ada surplus 35.624 ton. Beras sebanyak itu masih mencukupi sampai November 2023.
Di Lampung, pada September ini ada panen seluas 84.728 haktare, Oktober seluas 72.000 hektare, November 40.000 hektare, dan Desember seluas 137.000 haktare. Dengan demikian, Lampung masih memiliki cadangan beras sekitar 400.000 ton pada September 2023 yang bisa didistribusikan kepada masyarakat untuk menghadapi dampak musim kemarau panjang dan kekeringan.
Dari Jawa Timur, stok beras saat ini dipastikan lebih dari cukup. Bahkan, dengan stok saat ini, Jawa Timur bisa menyuplai beras ke daerah lain.
Irma melanjutkan, hal yang sama terjadi di Kabupaten Lebak, Banten. Beras di sana mengalami surplus sebanyak 138.441 ton dalam 11 bulan, meski saat ini kondisi di sana memasuki El Nino atau kemarau panjang yang puncaknya terjadi pada Agustus- September 2023.
(Bie)