JurnalBabel.com – Anggota Komisi IV DPR, Bambang Purwanto, khawatir dengan langkah pemerintah Indonesia yang bakal menggandeng China mengembangkan lahan sawah seluas satu juta hektare di Kalimantan Tengah, yang merupakan daerah pemilihannya.
Pasalnya, kata dia, langkah pemerintah mengembangkan lahan pertanian dengan teknologi penanam padi canggih itu hanya akan merugikan para petani.
“Kalau kerja sama dengan China pasti minta izin lahan tentu melalui korporasi. Hal ini menyebabkan persaingan dan petani kita pasti kalah,” kata Bambang Purwanto, kemarin.
Selain itu, lanjut dia, langkah pemerintah tersebut bisa berujung kepada penguasaan lahan untuk korporasi. Alhasil, para petani RI hanya akan menjadi buruh tani.
“Kewajiban pemerintah Indonesia selain membangun lumbung padi ialah juga dengan meningkatkan kesejahteraan petani,” tegasnya.
Ia mengungkapkan, saat ini teknologi pertanian di tanah air sudah bisa mengembangkan produksi 5-7 ton. Namun, pendampingan kepada petani berbeda dengan kerja korporasi.
“Teknologi kita sudah punya hanya masalahnya kita juga mendampingi petani jangan dibandingkan dengan kerja korporasi sangat berbeda,” ungkapnya.
Politikus Partai Demokrat ini menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan bagi para petani selain
menggenjot produksi pertanian.
Kesejahteraan petani, kata Bambang, perlu diperhatikan lantaran selama ini memiliki modal terbatas dalam pengembangan sektor pertanian.
“Yang jelas kalah (petani) kita adalah bibit yang produktif seperti hybrida itu kan dari China,” tegasnya kembali.
Ia menilai, banyak peneliti di Indonesia mampu dalam mengembangkan teknologi dan lahan pertanian guna menggenjot produksi memenuhi kebutuhan beras nasional 4-5 ton.
“Peneliti kita dikasih kesempatan dan biaya pasti bisa. Wong mau berharap hasil 5 ton- ha aja kok kerja sama dengan China ada apa dibalik itu? Bukankah kita sudah bisa 6- 7 ton / ha,” ucapnya.
Bambang optimis banyak peneliti Indonesia yang mumpuni mengembangkan serta membangun sektor pertanian di tanah air. Syaratnya, para peneliti tersebut harus diberikan kesempatan.
“Tenaga ahli Indonesia yang banyak untuk apa kalau enggak diberikan kesempatan membangun negeri. Tenaga
ahli Pertanian sudah banyak hasil pengkajian tinggal diberikan kesempatan,” katanya.
“Optimalkan dulu tenaga-peneliti ahli Indonesia dan support sarana serta prasarana pertanian termasuk tenaga PPL yakin berhasil. Jangan sampai ditertawakan oleh generasi sendiri,” tambah Bambang.
Bambang melanjutkan, untuk pengembangan lumbung pangan di Kalteng sedianya juga sudah cukup bagus. Hanya saja, lanjut Bambang, irigasinya direhab sehingga membuat lambat jalannya program tersebut.
“Kalau dibuat program terpadu saya yakin hasilnya jauh lebih baik dan petani kita bisa maju,” tandasnya.