Jakarta, JurnalBabel – Anggota Komisi XI DPR, Amin Ak, mendorong perbankan nasional untuk lebih giat dan kreatif dalam menyalurkan kredit usaha.
Menurutnya, momentum penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 4,75% harus dimanfaatkan sektor perbankan dengan mencari terobosan pembiayaan yang mampu merangsang pertumbuhan ekonomi nasional dan membuka lebih banyak lapangan kerja.
“Penurunan suku bunga ini harus direspons cepat oleh dunia perbankan. Jangan sekadar menunggu, tapi perlu inovasi dan langkah nyata agar kredit lebih mudah diakses, terutama oleh UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi kita,” ujar Amin di Jakarta, Jumat (19/9/2025).
BI menurunkan suku bunga acuan dengan tujuan menjaga pertumbuhan ekonomi, stabilitas inflasi, dan nilai tukar, sekaligus merespons perlambatan ekonomi global.
Selain itu, BI juga meluncurkan kebijakan ekspansi likuiditas moneter dan makroprudensial yang longgar guna menurunkan biaya pinjaman, meningkatkan likuiditas, serta mendorong kredit dan pembiayaan.
Kebijakan ini memberi peluang besar bagi dunia usaha, terutama sektor produktif, untuk mendapatkan modal dengan biaya lebih rendah.
“Langkah BI tersebut akan semakin efektif bila perbankan juga membuka akses pembiayaan yang lebih inklusif dan tidak berbelit-belit,” tegasnya.
Amin menekankan agar perbankan tidak hanya mengandalkan pola konvensional, tetapi juga memanfaatkan transformasi digital serta mengembangkan skema pembiayaan kreatif.
Inovasi tersebut dapat berupa kredit berbasis rantai pasok (supply chain financing), dengan memberikan pinjaman kepada para pemasok kecil dengan jaminan invoice (tagihan) yang sudah diterbitkan industri besar.
“Hal itu untuk mengatasi tersendatnya arus kas mereka, sehingga pemasok bisa segera mendapat dana untuk modal kerja tanpa harus menunggu pembayaran dari pabrik,” ujarnya.
Strategi lainnya dengan bekerja sama dengan fintech untuk memperluas jangkauan pembiayaan dengan skema kredit dengan bunga rendah bagi sektor prioritas pencipta lapangan kerja.
Ia juga minta pemerintah memberikan insentif khusus bagi usaha kecil menengah dan sektor riil yang berorientasi ekspor.
“Dengan kreativitas pembiayaan, perbankan tidak hanya mendukung konsumsi rumah tangga, tetapi juga mampu mendorong investasi dan memperkuat daya saing nasional,” tambahnya.
Lebih lanjut, Amin juga menegaskan pentingnya sinergi antara kebijakan moneter BI, kebijakan fiskal pemerintah, serta inovasi perbankan.
Sinergi ini akan memperbesar multiplier effect kebijakan suku bunga rendah terhadap perekonomian nasional, sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian global.
“Penurunan suku bunga adalah peluang, tapi hasilnya baru optimal bila semua pihak bergerak serentak. Perbankan harus berperan aktif sebagai motor penggerak pembiayaan bagi dunia usaha,” pungkasnya.