Jakarta, JurnalBabel.com – Menteri Negara BUMN Erick Thohir telah resmi menunjuk mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Komisaris Utama PT Pertamina. Banyak hal yang menjadi pekerjaan rumah Ahok untuk dikerjakan diawal masa kerjanya.
Pengamat ekonomi Universitas Katholik Atma Jaya Jakarta, Rosdiana Sijabat, mengatakan, pemerintah menempatkan Ahok sebagai komisaris utama di Pertamina, tentu bukan untuk melaksanakan tugas manajerial. “Ada tugas dan harapan penting dari Erick Tohir kepada Ahok,” ujar Rosdiana saat dihubungi di Jakarta, Minggu (24/11/2019).
Ia memaparkan ada tiga tugas Ahok di Pertamina. Yakni mengoptimalkan manfaat ekonomi untuk rakyat Indonesia; menyehatkan organisasi dan finansial Pertamina; menjadikan Pertamina kompetitif dan mampu mencari substitusi energi.
Terkait point pertama untuk mengoptimalkan manfaat ekonomi sektor energi bagi warga negara Indonesia, Rosdiana berpendapat sudah sejak lama publik paham bahwa sektor energi Indonesia menjadi salah satu sektor korup di Indonesia dan kita paham adanya mafia Migas di Pertamina.
Menurutnya, Ahok harus mampu dengan tangan dingin membersihkan semua potensi mafia dan korupsi migas, dan menutup celah agar tidak ada lagi potensi mafia yang sangat merugikan negara, merugikan negara artinya, manfaat ekonomi yang hilang warga negara Indonesia.
Sisi positif Ahok, lanjut dia, Ahok bukan bagian dari sektor energi Indonesia selama ini. “Ahok adalah orang luar Pertamina, maka Ahok bisa bebas nilai, dan bisa menutup celah korupsi di seluruh lini bisnis Pertamina, termasuk industri hilir dan hulu.
“Bagaimana Ahok harus melakukan ini? Membersihkan semua bentuk penyimpangan-penyimpangan dan praktik-praktik mafia migas dalam pengadaan dan tender minyak mentah dan BBM,” katanya.
Point kedua terkait menjadikan Pertamina sehat secara organisasi dan finansial, Rosdiana menyebut sebagai komisaris utama, Ahok secara langsung akan mengawasi dan mensupervisi pengambilan kebijakan dan strategi bisnis Pertamina sebagai holding migas.
“Efisiensi harus diciptakan sehingga secara keuangan Pertamina dapat menjadi BUMN yang menyumbang penerimaan secara signifikan,” tuturnya.
Point terakhir mengenai menjadikan Pertaminan perusahaan energi yang kompetitif, Rosdiana mengingatkan bahwa Ahok memiliki kualifikasi pendidikan di bidang energi bahwa dia adalah sarjana Teknik Geologi.
“Artinya secara kompetensi Ahok punya kemampuan yang sesuai, meskipun ini bukan alasan pemerintah menempatkan Ahok sebagai Komisaris utama di pertamina, tapi Ahok harusnya memahami dengan baik aspek produksi, eksplorasi dan supply chain perminyakan dengan baik,” katanya.
Rosdiana juga berpesan Pertamina harus menambah produksi minyak dan gas bumi agar dapat lebih banyak lagi memberikan kontribusi bagi negara. Pertamina juga harus menambah produksi migas untuk mengurangi beban impor migas agar kebutuhan migas dalam negeri tetap terpenuhi dengan harga yang kompetitif.
Pasalnya, tambahnya, perlu diingat bahwa salah satu penyumbang defisit defisit neraca perdagangan itu adalah impor migas, baik minyak mentah dan hasil minyak. “Pertamina harus mengembangkan dan mencari sumber energi terbarukan agar ketergantungan minyak kita bisa dikurangi,” pungkasnya mengingatkan. (Bie)