Jakarta, JURNALBABEL.COM – Sejumlah nama kandidat mulai dari pejabat publik hingga tokoh nasional sudah mulai bermunculan untuk bisa ikut kontestansi pada Pemilu 2024.
Salah satu isu maupun wacana berkembang di publik saat ini adalah menduetkan seorang Prabowo Subianto bersama Airlangga Hartarto untuk bersama maju di Pilpres mendatang.
Menanggapi hal itu, Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago menilai sah-sah saja jika kedua tokoh politik nasional ini sekiranya bisa berdampingan untuk maju bersama pada pesta demokrasi mendatang diajang Pilpres.
Menurut Pangi, baik Prabowo maupun Airlangga adalah sama-sama ketua umum parpol yang notabennya adalah pemilik tiket otomatis untuk maju di Pilpres 2024.
“Sangat dinamis dan mungkin saja terjadi (Prabowo-Airlangga red). Karena mereka seorang ketum parpol serta punya otoritas tiket jika mau maju di Pilpres. Apalagi jika melihat pencapain PT untuk Pemilu baik Golkar maupun Gerindra sudah bisa melewati ambang batas 20 PT persen,” kata Pangi menanggapi wacana tersebut kepada wartawan, Selasa (8/6/2021).
Pangi bilang, jika baik Prabowo maupun Airlangga sama-sama maju maka mereka punya modal kuat baik dari sisi teknis maupun non teknis untuk bisa bersama di Pilpres. Namun hal itu kemungkinan bisa atau tidak terjadi tergantung komunikasi antar kedua parpol maupun Prabowo dan Airlangga sendiri.
“Kans tetap ada, yang jelas mereka calon potensial untuk capres-cawapres. Ditambah lagi modal mereka sudah punya seperti tiket, pendanaan dan modal elektoral. Namun Pilpres masih 3 tahun lagi apapun bisa saja terjadi,” ujarnya.
Pangi kembali mencontohkan jika kombinasi Prabowo-Airlangga memang benar terjadi di Pilpres, maka sesuai dengan survei dari Voxpol Center sendiri dimana ada riset menunjukan dominasi dari figur militer maupun sipil masih tinggi dibandingkan dengan figur lainnya. “Militer sipil cukup bagus dan diriset kita sendiri angkanya lumayan bagus yakni 54,1 persen,” terangnya.
Namun demikian, Pangi berharap dengan adanya wacana ini bisa memberikan alternatif baru untuk Pilpres mendatang dengan bisa diikuti ole lebih dari pasangan calon agar kejadian 10 tahun mendatang tidak terjadi lagi dengan adanya pembelahan bisa membuat rakyat menjadi terpecah karena polarisasi adanya dua pasangan.
“Kemungkinan dan kita berharap nanti menimal bakal ada 3 poros. Artinya lebih dari dua pasang capres, agar tidak terjadi pembelahan seperti pemilu kemarin supaya pilpres disajikan menu dan varian nama yang banyak ke rakyat, tegasnya.