Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi I DPR, Syaiful Bahri Anshori, menilai pernyataan Senator Australia Pauline Hanson yang menyebut kotoran sapi di Bali bertebaran di mana-mana, sangat berlebihan yang tidak mendasar dan bisa mengganggu hubungan kedua negara sahabat.
“Kita sangat menyayangkan apa yang disampaikan oleh senator (Australia Pauline Hanson) itu. Tidak layak disampaikan oleh seorang senator,” kata Syaiful Bahri saat dihubungi wartawan, kemarin.
“Saya beberapa kali ke Bali, sepertinya tak pernah melihat kotoran sapi ada di mana-mana, berserakan seperti yang difitnahkan oleh senator Australia itu. Jangan-jangan ada maksud tertentu dia menyampaikan itu. Apalagi sekarang, Bali sedang bangkit pasca pandemi Covid-19,” sambungnya.
Sebagai informasi, video pernyataan Hanson itu sempat viral di sejumlah platfrom media sosial (madsos). Hanson Hanson menyampaikan kekhawatirannya WN Australia tertular penyakit mulut dan kuku (PMK) usai melancong ke Bali.
Menurut Syaiful, Hanson perlu segera mencabut pernyataannya tersebut. Sebab, pernyataan Hanson itu tidak sesuai data dan fakta yang ada di Bali selama ini.
“Ini khawatiran berlebihan saja dari dia. Fakta di lapangan tidak demikian. Banyak wisatawan mancanegara ke sana tapi mereka tak menyampaikan keluhan seperti itu,” ujarnya.
Politisi PKB ini mengungkapkan, selama ini masyarakat Bali memelihara sapi dengan mengikatnya, tidak berkeliaran bebas dijalan-jalan seperti dituduhkan Hanson.
Untuk itu, ia meminta pemerintah mengambil langkah diplomatis agar image atau kesan jelek itu tidak menyebar ke negara lain yang mempengaruhi dunia wisata Indonesia, khususnya Bali.
“Setahu saya, masyarakat Bali sangat tertib, tidak melepas binatang piarannya seperti sapi di jalan-jalan tapi mereka kandangi. Untuk itu, pemerintah perlu mengambil langkah diplomatik agar senator Australia itu menarik ucapannya agar tidak menyebar ke negara-negara lainnya dan mempengaruhi dunia wisata kita,” jelasnya.
Syaiful mengaskan, jika isu miring terkait Bali itu dibiarkan bisa berefek pada dunia wisata di Indonesia yang terkesan jorok dan tidak nyaman bagi para wisatawan. Ia menyebutkan, perlu langkah-langkah khusus agar tindakan seperti itu tidak terulang.
“Ini sebenarnya tak bisa kita diamkan, karena lama-lama bisa menjadi bola salju yang mempengarui dunia wisata kita di Bali. Padahal, ke sini kesini di Bali kita dengar-dengar sudah mulai normal kembali. Dunia wisatanya sudah mulai tumbuh lagi pasca pandemi Covid-19. Semua beransur-ansur normal lagi,” katanya. (Bie)
Sumber: lintasparlemen.com