Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Mohamad Muraz, heran dengan pihak-pihak yang masih mempersoalkan penyelenggaraan Pilkada Serentak di 270 daerah ditengah pandemi Covid-19 pada 9 Desember 2020. Sementara, katanya, saat ini orang berdesakan di pasar tradisional, Bank, tempat pelayanan umum dan lainnya, tidak menjadi perhatian.
“Saya jadi aneh kalau saat ini orang berdesakan ke pasar tradisional, antri di Bank, antri di tempat pelayanan umum dan lain-lain, enggak jadi perhatian. Tapi kalau rencana Pilkada yang masih akan berjalan beberapa bulan lagi diributkan terus. Ada apa ini sebenarnya?” kata Muraz mempertanyakan saat dihubungi, Minggu (14/6/2020).
Mantan Wali Kota Sukabumi ini meminta semua pihak memperhatikan kondisi faktual di masyarakat saat ini, dimana masyarakat tidak mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Seperti berkerumun di jalan dan tempat-tempat umum tanpa menggunakan masker. Masyarakat tidak khawatir tertular virus yang hingga kini belum ditemukan vaksinnya ini.
“Siapa yang ngontrol ini? para petugas juga sudah pada lelah, kecapaian, mungkin juga bosan harus berdebat terua dengan masyarakat. Mungkin akhirnya seleksi alam yang akan menentukan atau yang sering disebut Herd immunity,” jelasnya.
Lebih lanjut Muraz juga mengungkapkan faktanya masyarakat khususnya umat Islam dibawah selalu berkata justru dalam kondisi ini umat harus banyak berdoa di Mesjid. Semua khotib sholat jumat selalu mengingatkan bahwa yang terpenting umat Islam kalau meninggal dunia harus dalam keadaan beriman dan Islam.
“Jadi di masyarakat bawah urusan mati itu urusan Tuhan Yang Maha Esa. Cuma caranya berbeda, bisa karena Corona, ketabrak mobil, sakit jantung, DBD, tipes bahkan hanya karena terpeleset dan lainnya,” ungkapnya.
Muraz menambahkan masyarakat di bawah ini bukan tidak tahu tentang Covid-19. “Tapi mereka nampaknya optimis saja, enjoy-enjoy dan happy-happy saja, enggak terlalu jadi beban apalagi pemerintah sudah bicara new normal. Mereka akan siap sedia berdesakan demi dapat sembako,” pungkasnya. (Bie)
Editor: Bobby