Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi IV DPR, Bambang Purwanto, menyebut Presiden Jokowi gegabah menerbitkan Peraturan Pemerintah atau PP Nomor 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi di Laut pada 15 Mei Lalu.
Pasalnya, kata dia, kebijakan yang membuka kembali keran ekspor pasir laut tersebut tidak didahului oleh kajian yang mendalam.
“PP yang membuka kembali ekspor pasir laut merupakan kebijakan yang gegabah apalagi tidak didahului kajian yang mendalam, mengingat beberapa tahun lalu telah distop ekspor pasir laut akibat dua pulau kecil milik Indonesia hilang,” kata Bambang Purwanto kepada wartawan, Senin (5/6/2023).
Ia mengingatkan, pulau-pulau kecil milik Indonesia hilang lantaran ekspor pasir ke Singapura di era Presiden Megawati Soekarnoputri. Kemudian di zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY.
“Saat itu telah diperkuat lagi untuk tidak ekspor pasir laut,” ujarnya.
Menurutnya, penambangan pasir laut dengan mengatasi pendangkalan alur transportasi laut hanya dalih sebab pengerukan alur di muara itu isinya bukan pasir tetapi lumpur.
“Sementara tempat pasir ini banyak di pesisir Pulau. Nah, ketika pasirnya diambil akan merusak lingkungan sepertinya terganggunya biota laut, abrasi, terkikisnya daratan sekitar pesisir yang dapat menghilangkan Pulau seperti waktu lalu,” jelasnya.
Dengan demikian, politisi Partai Demokrat ini berpandangan pemerintah tak belajar dari masa lalu lantaran tetap membuka izin ekspor tersebut. Padahal, akibat dari kebijakan itu sendiri sudah diketahui dan keuntungan ekonominya juga tidak seberapa.
“Bila diukur dari kerusakan yang bakal kita terima, disisi lain kita selalu dengungkan harus menjaga kelestarian lingkungan hidup tapi justru ada Kebijakan Presiden yang kontradiktif,” sesalnya.
Mantan Bupati Kota Warigin Barat ini menambahkan, dampak buruk lainnya dengan kebijakan ekspor pasir laut yang dilakukan pemerintah. Ia mengaku khawatir pasir laut yang di ekspor mengandung emas, perak hingga uranium dan timah.
“Belum lagi kalau pasir itu mengandung emas, perak, uranium juga timah karena tidak melalui kajian kan tambah konyol kerugian yang kita terima. Yang beli jadi untung berlipat-lipat,” pungkasnya.
(Bie)