JurnalBabel.com – Pemerintah terus melakukan berbagai upaya guna menghadapi bonus demografi pada 2045. Salah satunya dengan gencar melakukan upaya percepatan penurunan Stunting di tanah air.
Upaya ini diimplementasikan melalui Sosialisasi Pencegahan dan Penurunan Angka Stunting yang dilaksanakan anggota Komisi IX DPR , Wenny Haryanto, bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Rabu (26/10/2022).
Wenny Haryanto menjelaskan bonus demografi ini terjadi ketika 70 persen penduduk Indonesia berada dalam usia produktif, yakni pada usia 15 hingga 65 tahun. Sehingga, kata dia, sangat disayangkan jika bonus demografi ini gagal diraih akibat adanya ancaman Stunting.
Sebab itu, ungkap Wenny, pada Januari 2021 Presiden Joko Widodo menggelar Rapat Terbatas antara Presiden dengan BKKBN membahas upaya penurunan angka Stunting yang ditargetkan mencapai 14 persen pada tahun 2024.
“Dalam rapat terbatas dengan Presiden Jokowi saat itu, BKKBN diberikan tugas sebagai Ketua Penanganan Stunting, yang targetnya di tahun 2024 nanti harus mencapai 14 persen,” ungkap Wenny yang berasal dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat (Jabar) VI meliputi wilayah Kota Bekasi dan Kota Depok.
Menurut Wenny, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh karena kekurangan gizi kronis pada 1.000 hari pertama sejak bayi masih di dalam kandungan sampai berusia 2 tahun. Dia menambahkan, anak yang menderita Stunting ini lebih pendek dari anak normal seusianya.
Wenny lalu memaparkan gejala-gejala seorang anak mengalami Stunting. Yakni, pertumbuhan gigi yang terlambat, penurunan kemampuan belajar, pertumbuhan tubuhnya melambat, wajah anak yang mengalami stunting terlihat lebih muda dari anak-anak seusianya, anak yang mengalami gagal pertumbuhan akan terlambat mendapatkan masa pubertasnya (mimpi basah dan menstruasi).
Lalu pada usia 8 sampai 10 tahun, anak cenderung menjadi pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya. Gejala lainnya anak kekurangan gizi yang kronis, menyebabkan dirinya mudah terpapar penyakit.
“Nah, itulah gejala-gejala yang terjadi terhadap anak yang mengalami stunting,” jelasnya.
Menurut politisi Partai Golkar ini, orang tua bisa memantau dan memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak. Sehingg, bisa mengantisipasi dan mencegah secara dini jika ada gejala-gejala ganguan kesehatan yang dialami anak-anak kita.
“Begitu juga kepada pada calon pasangan pengantin yang hendak menikah, tidak cukup persiapan membuat undangan dan pre-wedding saja, tapi juga harus mempersiapkan kondisi kesehatan dan gizi dirinya dan calon pasangannya, karena akan mempengaruhi kondisi kesehatan dan gizi anak yang akan dilahirkan nanti,” katanya.
Saat mengakhiri pemaparannya, Wenny mengingatkan bahwa Stunting harus menjadi perhatian bagi kalangan ibu dan calon pasangan pengantin.
“Ketika sudah berkeluarga, pasangan suami-istri sudah mengetahui kondisi kesehatannya masing-masing dan bisa saling mengintrospeksi sebelum memutuskan untuk mempersiapkan kehamilan bagi sang istri. Selain itu harus cek kesehatan secara berkala guna mengantisipasi penyakit dan gangguan gizi termasuk Stunting,” pungkasnya. (Bie)
Sumber: mediapatriot.co.id