Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi III DPR, Mohamad Rano Alfath, mendesak Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis meneliti motif para pelaku penyerangan terhadap ulama dan pengrusakan tempat ibadah yang belakangan marak terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.
Pasalnya, kata Rano, persepsi yang berkembang di masyarakat bahwa hal itu terjadi secara terencana serta melibatkan banyak pihak. Sementara, lanjutnya, setelah diselidiki ternyata pelaku tunggal serta rata-rata mengalami gangguan jiwa.
“Mohon sekali pak Kapolri untuk bisa melakukan penelitian lebih lanjut. Apakah memang pelaku-pelaku ini ada keterkaitan dengan yang lain atau memang hanya orang-orang tertentu mengalami gangguan jiwa,” kata Rano Alfath dalam rapat kerja Komisi III dengan Kapolri secara virtual di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (30/9/2020).
Legislator asal daerah pemilihan (dapil) Banten ini mengambil dua contoh kasus yang terjadi di dapilnya. Pada Sabtu (26/9/2020), seorang pria bernama Sugiono (55) hendak menyerang seorang tokoh agama KH Uci Turtusi alias Abuya Uci di Pondok Pesantren Al Istiqlalia, Tangerang, Banten.
Saat itu, Abuya Uci sedang mengajar ngaji di aula kediamannya atau pondok pesantrennya. Lalu pelaku ingin masuk namun di cegah oleh para santri. Kemudian pelaku keluar dari lingkungan pondok pesantren dengan menggeber sepeda motor yang dikendarainnya.
Setelah itu pelaku datang kembali dan memaksa masuk ingin bertemu Abuya Uci lantaran mengaku membawa pesan dari sang leluhur. Namun, dari sikap Sugiono terlihat gelagat kurang baik. Setelah dilakukan penyelidikan oleh pihak Kepolisian setempat, pelaku diduga mengalami gangguan jiwa.
Lalu pada Selasa (29/9/2020), seorang berinisial S melakukan aksi vandalisme di Musala Darussalam, RT 5/8, Perum Villa Tangerang Elok, Kelurahan Kutajaya, Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang.
Peristiwa yang baru ketahuan sekitar pukul 15.00 WIB, saat hendak azan salat Ashar itu, langsung menghebohkan warga dan viral di jagat dunia maya, setelah fotonya tersebar luas.
Tampak kitab suci umat Islam, Alquran dicoret silang hitam dan dirobek, sajadah digunting-gunting. Dinding musala, lantai dan sajadah disemprot pilok hitam bertuliskan, saya kafir, anti khilafah agama, anti Islam, dan lainnya.
“Kemarin peristiwa coretan tempat ibadah terkait Alquran di robek dan lain-lain, Polda Banten sigap sekali dalam hitungan jam pelakubsudah ditangkap. Patut saya apresiasi,” ujarnya.
Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menambahkan pihaknya sudah memberikan masukan atas kasus ini bahwa para pelaku ini pelaku tunggal serta mengalami gangguan kejiwaan. Pasalnya, para ulama di Banten tetap beranggapan kedua kasus di atas merupakan tindakan yang benar-benar terstruktur.
“Di Banten ini terus terang begitu banyak ulama dan kita semua sudah melakukan banyak berikan masukan. Karena para ulama ini menganggapnya juga bahwa tindakan ini benar-benar terstruktur. Padahal tidak, karena setelah diselidiki bahwa ini pelaku tunggal yang ada kekecewaan dan alami ganguan jiwa,” pungkasnya. (Bie)