Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Muhammad Husni, meminta Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi agar tidak lagi mengeluarkan pernyataan kontroversi mengenai radikalisme.
Hal itu menyusul Menag membuat pernyataan soal penyusupan radikalisme melalui orang-orang good locking dan hafiz Alquran.
“Kita harapkan hal seperti itu jangan terulang lagi kata-kata radikal dari Menag. Kerukunan beragama di Indonesia saat ini sudah bagus. Jadi lawan kita bukan itu,” kata Husni di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (9/9/2020).
Pernyataan itu disampaikan Menag saat acara internal pembekalan aparatur sipil negara di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi dan Birokrasi (Kemen PAN RB) dengan topik ASN no radikalisme.
Dalam pembekalannya di acara tersebut, Fachrul meminta agar pemerintah memperhatikan masalah rekrutmen, pendidikan lembaga lanjutan oleh pemerintah, dan saat ibadah ASN di kantor. Karena di hari kerja, para ASN beragama Islam pada umumnya menjalankan ibadah salat dan melaksanakan kegiatan kultum di masjid kantor.
Fachrul lantas menyinggung cara kerja intelijen yang kerap memasukkan orang-orang berpenampilan menarik serta memiliki pengetahuan luas dalam melancarkan operasinya.
Fachrul lantas membandingkan operasi intelijen tersebut dengan peristiwa penyusupan intelektual Belanda, Christiaan Snouck Hurgronje di Aceh pada zaman penjajahan Belanda dahulu kala.
Hurgronje merupakan orang Belanda yang mampu menaklukkan Aceh berkat keuletan sekaligus kelicikannya dalam memecah-belah masyarakat di Serambi Mekah.
Ia menyatakan pemerintah Belanda saat itu cerdik memilih Hurgronje untuk memecah belah masyarakat Aceh. Sebab, kata dia, Hurgronje sendiri dipilih karena memiliki pemahaman Islam yang baik sehingga bisa mengadu domba masyarakat Aceh.
Melihat persoalan tersebut, Fachrul meminta agar pengurus masjid bisa mengecek dan menelusuri rekam jejak akun-akun media sosial orang-orang yang kerap dilibatkan dalam mengisi ceramah maupun imam jemaah. Hal itu bertujuan agar orang tersebut tak menyebarkan radikalisme bagi para jemaah di masjid.
Husni menegaskan Menag tidak boleh membuat pernyataan seperti itu, meskipun spontan disampaikannya. Pasalnya, anak-anak terutama umat Islam diajari agar bisa baca Alquran, hafal/hafidz Alquran.
“Karena kita hanya dua dititipkan setelah Rasullah meninggal yakni Alquran dan Al Hadist. Itu lah pedoman umat Islam. Jadi tidak perlu ada kecurigaan yang berlebihan,” tegasnya.
“Mestinya kita menjaga anak-anak kita jauh dari pada kegiatan narkoba dan sebagainya. Kalau yang baik-baik harus di dukung,” lanjutnya.
Legislator asal Sumatera Utara yang juga keturunan Aceh ini juga tidak sependapat dengan pernyataan Menag yang membandingkan menyusupkan intelektual Belanda, Christiaan Snouck Hurgronje di Aceh pada zaman penjajahan Belanda dahulu kala.
Hurgronje merupakan orang Belanda yang mampu menaklukkan Aceh berkat keuletan sekaligus kelicikannya dalam memecah-belah masyarakat di Serambi Mekah.
Menurut Husni, hal itu tidak bisa disamakan dengan kondisi saat ini.
“Tidak bisa disamakan dengan kondisi sekarang yang sudah merdeka. Tapi hari ini Indonesia sudah merdeka, anak-anak kita harus dijaga,” pungkasnya. (Bie)