Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi IX DPR, Anas Thahir, menilai kemunculan Perkumpulan Dokter Seluruh Indonesia (PDSI) menjadi tamparan bagi Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
“Munculnya PDSI pertanda adanya kekecewaan para anggota IDI terhadap kebijakan-kebijakan pengurus yang dianggap tidak aspiratif. Sehingga mereka memilih keluar dan mendirikan organisasi baru. Itu tamparan buat IDI agar bersedia melakukan evaluasi diri secara lebih serius,” kata Anas Thahir saat dihubungi, Kamis (28/4/2022).
“Sekaligus menjadi tantangan bagi pengurusnya. Supaya bisa menjadikan IDI sebagai payung organisasi yang lebih aspiratif, profesional dan berkualitas. IDI harus berbenah dan melakukan koreksi diri,” sambungnya.
Menurut Anas, adanya ormas tandingan IDI ini dapat menimbulkan konflik sehingga harus diantisipasi melalui dialog. Namun, ia memastikan, Komisi IX bersedia menjadi penengah keduanya apabila ada potensi konflik di masa mendatang.
“Ke depan harus segera ada dialog yang solutif, fair dan saling memahami dari kedua organisasi kedokteran itu. Temukan jalan keluar yang win-win solution dan tidak asal menang sendiri,” ujarnya.
“[Jika ada masalah] tentu Komisi IX berkepentingan untuk mengundang kedua-duanya agar persoalan tidak berlarut-larut yang bisa merugikan profesi kedokteran,” pungkas politisi PPP ini.
PDSI didirikan oleh Brigjen TNI (Purn) Jajang Edi Prayitno yang pernah menjabat staf khusus saat Letjen (Purn) Terawan Agus Putranto menjabat sebagai Menkes. Ormas tandingan IDI ini di deklarasikan kemarin, tak lama usai adanya konflik antara Terawan dan IDI.
Jajang menegaskan akan ‘menampung’ Letjen (Purn) Terawan Agus Putranto apabila sudah resmi bukan anggota IDI.
“PDSI akan memfasilitasi penelitian, silakan yang lain-lain mau meneliti, melengkapi, menyempurnakan yang sudah dilakukan oleh dokter Terawan,” kata Jajang. (Bie)