Jakarta, JurnalBabel.com – Ketua Badan Pembinaan dan Pengembangan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Bukhori Yusuf, meminta pihak Mabes Polri fokus menangani kasus penembakan 6 Laskar Front Pembela Islam (FPI) oleh anggota Polda Metro Jaya di Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (7/12/2020) dini hari.
Hal itu dikatakan Bukhori saat dihubungi, Jumat (18/12/2020), menanggapi Polisi mengungkapkan terdapat 20.068 kotak amal yang diduga untuk mendanai kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) tersebar di 12 daerah.
Kotak amal yayasan tersebut tersebar di Sumatera Utara (4.000), Lampung (6.000), Jakarta (48), Semarang (300), Pati (200), Temanggung (200), Solo (2.000), Yogyakarta (2.000), Magetan (2.000), Surabaya (800), Malang (2.500), dan Ambon (20).
Ciri-ciri kotak amal yang ditemukan di Solo, Sumut, Pati, Magetan, dan Ambon berbentuk kotak kaca dengan rangka kayu. Sementara, untuk daerah lainnya berupa kotak kaca dengan rangka aluminium.
Tercantum pula nomor SK dari Kementerian Hukum dan HAM, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dan Kementerian Agama. Menurut informasi yang diperoleh polisi, kelompok JI belum pernah menggunakan yayasan palsu.
Kebanyakan dari kotak amal itu ditempatkan di warung makan karena hanya perlu meminta izin dari pemilik atau pekerja di warung. Selain menggunakan metode kotak amal, kelompok JI juga diduga mengumpulkan dana secara langsung saat acara tertentu.
Menurut Bukhori, isu ini bukan isu baru. Ia mengaku sebulan yang lalu sudah pernah berkomentar mengenai isu ini.
“Saya masih melihat Polisi agar lebih konsen terhadap 6 nyawa yang bukan pelaku kriminal yang ditembak oleh polisi, sehingga hal itu merupakan pelanggaran hak asask manusia (HAM) berat dan jangan alihkam dengan isu lain,” kata Bukhori Yusuf.
Anggota Komisi Agama (Komisi VIII) DPR ini mengaku sampai saat ini belum dapat memastikan apakah benar kotak amal ini untuk danai teroris. Pasalnya, kata dia, di Indonesia banyak sekali kotak amal. Jumlahnya bisa ratusan ribu.
“Karena itu saya kira isu kotak amal ini kalau tidak pintar-pintar kita memposisikan, ini tentu dianggap sebagai upaya untuk menghentikan pendanaan masjid-masjid sekitar dan anak yatim seterusnya,” ungkapnya.
Menurut Bukhori, isu ini tidak perlu dibesar-besarkan karena kalau memang dana itu digunakan untuk teror, nilainya tidak seberapa.
“Kalau buat tindakan teror itu kan butuh ratusan milliar. Orang-orang gerakan demo saja ratusan miliar apalagi kemudian membuat teror,” jelasnya.
Lebih lanjut legislator asal Jawa Tengah ini juga mempertanyakan Polisi tidak menyebutkan berapa nominal uang yang terkumpul dari 20 ribuan kotak amal tersebut.
“Persoalannya tidak sebutkan berapa angka nomimal dari 20 ribu kotak amal itu. Kalau satu kotak amal cuma 100-200 ribu tidak seberapa,” katanya.
Sebab itu, Bukhori menegaskan isu ini pengalihan isu polisi yang saat ini sedang menangani kasus penembakan 6 laskar FPI hingga tewas oleh anggota Polda Metro Jaya.
“Saya melihat ini pengalihan isu,” tegasnya.
(Bie)