Jakarta, Jurnalbabel.com- Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Depinas SOKSI), Firman Soebagyo menjawab pertanyaan awak media terkait kenapa dirinya tidak hadir dalam HUT SOKSI ke 61, Jumat,(21/5/2021).
“Kenapa saya tidak hadir dalam tasyakuran yang diselenggarakan Depinas SOKSI di hotel Century Park, Senayan, karena di waktu yang sama saya ada jadwal kontrol vaksin Nusantara yang sudah dijadwalkan cukup lama di RS Kepresidenan RSPAD Gatot Subroto,” katanya dalam siaran pers, Minggu (23/5/2021).
Sebagai penyintas Covid 19, Firman memang tak pernah terlihat menghadiri pertemuan-pertemuan yang melibatkan kerumunan masa. Jawaban diplomatis itu menunjukkan kepiawaiannya yang mumpuni di dunia politik sekaligus memperkuat dugaan jika hingga saat ini SOKSI masih dihadapkan pada perpecahan kepemimpinan, yakni antara kubu pimpinan Ahmadi Noor Supit dan Ali Wongso Sinaga yang belum terselesaikan sejak Munas Partai Golkar di Bali 2016 lalu.
Sangat wajar jika persoalan ini membuat senior Partai Golkar sekaligus senior SOKSI, Firman Soebagyo terkesan sangat hati-hati menjawab setiap pertanyaan awak media di tengah kesibukannya sebagai anggota dewan.
Ketika ditanya apa makna pidato ketua umum SOKSI kubu Ahmadi Noor Supit yang menyebut SOKSI sebagai ormas Independen, Firman tampak gusar. Namun sebagai politisi senior dengan tegas ia menerangkan bahwa SOKSI, terlepas dari kubu manapun, tidak boleh melupakan akar sejarahnya. SOKSI sebagai ormas yang didirikan oleh Prof. Doktor Jendral Suhardiman bersama Oetoyo Oesman serta Prof. Thomas Suyatno, sampai saat ini tetap konsisten bahwa SOKSI adalah organisasi yang kiprah politik serta afiliasi politiknya kepada Partai Golkar.
“Jadi tegas saya katakan tidak ada dalam sejarah manapun SOKSI independen. Kalau ada yang mengatakan itu mungkin keseleo berbicara. Saya sebagai salah satu kader senior SOKSI wajib meluruskan dan mengoreksinya,”cetusnya.
Firman menambahkan, SOKSI sebagai orang tua tidak boleh melupakan Partai Golkar sebagai anak biologisnya. Golkar adalah organisasi politik yang dilahirkan SOKSI. Terkait isu yang menyebutkan kader SOKSI akan mencalonkan Presiden 2024.
“Sampai detik ini kami sebagai kader Partai Golkar dan SOKSI tetap konsisten mendukung keputusan MUNAS Partai Golkar bahwa Calon Presiden dari Partai Golkar adalah Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Ini adalah keputusan tertinggi yang telah diputuskan dalam Munas partai GOLKAR dan telah sesuai dengan mekanisme dalam pengambilan keputusan di partai. Belum ada keputusan lain, artinya tidak ada siapapun yg boleh berandai-andai mencalonkan presiden dari Partai Golkar,” tuturnya.
“Oleh karena itu, saya sebagai senior Partai Golkar dan SOKSI menghimbau agar SOKSI cepat bersatu menuju satu tujuan, mengawal NKRI, PANCASILA, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana doktrin yg diamanatkan pendiri SOKSI, Prof Suhardiman. SOKSI bukan organisasi independen. SOKSI adalah pengawal dan pendukung setia Partai Golkar yang saat ini di bawah kepemimpinan Airlangga Hartarto. Ini final dan tidak bisa ditawar-tawar lagi,” lanjutnya.
Firman juga menjelaskan sejak ia menjadi Sekjen SOKSI, ia selalu mengingatkan peran aktif SOKSI sejak jaman Suhardiman sangat diperhitungkan dalam perpolitikan nasional. Perjuangan ini harus dilanjutkan oleh para generasi penerus, bukan dengan melawan arus doktrin SOKSI yang telah terbentuk sejak didirikan. Terlebih sekarang generasi penerus, Bobby Suhardiman bersama Oetoyo Oeman serta Prof Thomas masih tetap aktif sebagai panutan bersama.
Firman sangat menyayangkan jika ada pihak yang mengatakan SOKSI independen dengan maksud melepaskan keterikatan politiknya dengan Partai Golkar.
“Itu artinya yang bersangkutan tidak paham sejarah dan saya meyakini Ketum Ahmadi Noor Supit sangat paham tentang itu,” lanjutnya.
Firman mengajak seluruh kader SOKSI tegak lurus menghormati konstitusi Partai Golkar. Ia menghimbau semua elemen dan kader SOKSI dari kubu manapun untuk tetap konsisten berafliasi politik ke Partai Golkar.
“Kalau ditanya apa harapan untuk SOKSI di usia yang ke 61 ini, tentunya saya berharap SOKSI mampu menyatukan dirinya dari konflik yg berkepanjangan di internal organisasi dan mampu menyelesaikan perpecahan dengan baik serta mampu mengonsolidasikan organisasi sampai tingkat daerah untuk mengawal dan memenangkan Partai Golkar dalam Pemilu 2024. SOKSI juga harus mengawal capres tunggal yang diusung Partai Golkar, yakni Ketua Umum Airlangga Hartarto. Kita harus bergandengan tangan dan saling bahu membahu. Hindari perbedaan dan perpecahan yang tidak perlu terjadi. Satukan barisan untuk mencapai satu tujuan menuju kemenangan Partai Golkar di Pemilu 2024,” tandasnya. (Bie)