Jakarta, JurnalBabel.com – Pengamat intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, mengapresiasi yang disampaikan Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan yang menyampaikan sudah diketahui melalui jejaring intelijen bahwa pelaku penikam Menkopolhukam Wiranto yang bernama Abu Rara itu asal Kediri pindah ke Bekasi lalu ke Bogor terus pindah ke Menes masuk ke Ponpes beraliran JAD.
“Temuan ini sudah menjadi warning sejak lebih dari 2 bulan lalu. Artinya temuan ini harus menjadi pedoman bagi Aparat keamanan di lapangan dalam melaksanan tupoksinya,” kata Nuning di Jakarta, Minggu (13/10/2019).
Menurut Nuning, terjadi penikaman itu harus menjadi dasar untuk evaluasi SOP pengamanan pejabat tinggi. Deteksi dininya seperti apa? Sebab Wiranto menjadi korban penikaman ini pun harus diteliti lebih dalam, meskipun kita semua tentu mahfum karena beliau adalah seorang pejabat terkenal sehingga peristiwa itu mengundang perhatian publik.
“Inilah visi Terrorizing, melakukan hal radikal utk dapat perhatian,” ujarnya.
Hal lain harus diwaspadai adalah titipan dari pihak lain diluar JAD itu sendiri dalam penikaman tersebut baik itu dr sisi politik atau yang lain. Dalam analisa intelijen juga harus diselidiki PESAN apa yang ingin disampaikan oleh pelaku dalam penyerangan itu.
Dikhawatirkan itu mengandung pesan bahwa ‘jangan main-main dengan kami, kami ada dan serius lakukan penyerangan lanjutan’. “Takutnya keenak dan ini bisa saja mereka rencanakan untuk gagalkan pelantikan Presiden pada 20 Oktober 2019 mendatang,” tuturnya.
Menurut mantan anggota komisi I DPR ini, seyogyangya masyarakat jangan lagi euforia menyudutkan aparat keamanan dan Intelijen, karena ini bisa dimanfaatkan untuk mendukung semakin berkembangnya radikalisme di Indonesia.
“Program deradikalisasi dan antiradikalisasi harus semakin digalakkan ditengah masyarakat. Termasuk deradikalisasi dunia maya, karena semakin banyaknya berita hoax dan hal berbau post truth,” jelasnya.
Dia menambahkan, pendidikan cinta tanah air dan memahami Pancasila harus digalakkan dengan cara yang modern dan ikuti sekera zaman sehingga lebih mudah diterima masyarakat. “Toleransi beragama/suku/ethnis juga harus sering disosialisasi,” pungkasnya. (Joy)
Editor: Bobby