Jakarta, JurnalBabel.com – Ketersediaan vaksin Covid-19 menjadi kendala utama upaya percepatan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Kendala lainnya distribusi vaksin ke seluruh nusantara, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan. Kondisi infrastruktur daerah yang sangat beragam termasuk infrastruktur rantai dingin (cold chain) agar vaksin tidak rusak.
Hal itu disampaikan Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PKS, Amin Ak, dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/4/2021). Wakil rakyat dari Dapil IV Jawa Timur itupun mendorong peningkatan kapasitas produksi vaksin Covid-19 agar program vaksinasi berjalan sesuai target.
“Peningkatan kapasitas produksi vaksin di dalam negeri dan peningkatan volume pasokan bulk (bahan baku) vaksin menjadi kunci pemenuhan kebutuhan vaksin sesuai target yang dicanangkan pemerintah,” kata Amin.
Presiden Jokowi menargetkan vaksinasi tuntas dalam waktu paling lambat 15 bulan atau 1 tahun 3 bulan. Dengan target jumlah orang yang harus divaksin mencapai 70% dari sekitar 270 juta penduduk atau sekitar 188 juta jiwa, maka dibutuhkan 376 juta dosis vaksin. Jumlah tersebut merupakan angka minimal yang dibutuhkan agar tercapai herd immunity (kekebalan komunal).
Dengan target 15 bulan atau sekitar 395 hari, maka dibutuhkan pasokan hampir 1 juta dosis vaksin per hari. Berdasarkan penjelasan Menteri Kesehatan saat rapat kerja dengan DPR pertengahan Maret lalu, periode Januari – Juni 2021, pemerintah menargetkan 80 juta dosis vaksin yang diinjeksikan pada masyarakat.
Namun, jumlah tersebut sulit tercapai jika merujuk data dari PT Biofarma, hingga awal April ini baru 20,5 juta vaksin yang didistribusikan ke seluruh Provinsi di Indonesia. Vaksin tersebut berasal dari vaksin produk jadi Sinovac (CoronaVac) dan AstraZeneca serta vaksin yang di produksi oleh Bio Farma dengan bahan baku atau bulk dari Sinovac.
Adapun total vaksin yang sudah diterima Indonesia sampai saat ini adalah 3 juta dosis vaksin produk jadi dari Sinovac, 1,11 juta dosis vaksin produk jadi AstraZeneca dari Covax/Gavi dan 53,5 juta dosis bulk (bahan baku) dari Sinovac. Bahan baku vaksin sebanyak 53,5 juta dosis tersebut, setelah diolah nantinya akan menghasilkan 42 juta dosis, padahal kebutuhan minimal selama periode Januari – Juni 2021 sekitar 80 juta dosis.
Idealnya, lanjut Amin, kapasitas produksi vaksin Covid-19 oleh Bio Farma adalah 2,5 kali dari kapasitas saat ini yang baru mencapai 11,9 juta juta dosis. Kapasitas produksi Bio Farma sebelumnya hingga Maret lalu bahkan hanya 7,9 juta dosis.
“Perlu dilakukan terobosan agar kapasitas produksi vaksin Covid-19 di dalam negeri dilipatgandakan. Misalnya saja dengan melibatkan industri farmasi milik swasta atau pun BUMN lainnya. Kemungkinan seperti itu harus dikaji,” ujarnya.
Bio Farma menyebutkan hingga Juli 2021 Bulk Sinovac yang akan datang adalah sebanyak 140 juta dosis yang pengirimannya akan dilakukan secara bertahap. Dari bahan baku sebanyak itu, diperkirakan bisa diproduksi sekitar 112 juta dosis vaksin. Dari jumlah tersebut, pada April ini diperkirakan akan masuk sekitar 30 juta dosis bulk atau setara 24 juta dosisi vaksin.
“Melihat pasokan bahan baku Sinovac sejumlah itu, pemerintah harus bekerja keras mencari sumber-sumber baru vaksin Covid-19 diluar sinovac,” kata legislator asal Jawa Timur ini. (Bie)