Jakarta, JurnalBabel.com – Ketua Komisi VIII DPR, Ashabul Kahfi, merespons usul yang diberikan oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti terkait peniadaan sidang isbat untuk Ramadhan maupun Idul Fitri 2024.
Ia memahami asas yang melatari usul tersebut hingga diajukan oleh Muhammadiyah. Dia juga menganggap ide tersebut sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat dalam pembentukan kebijakan publik.
“Saya memahami usulan dari Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti, untuk tidak mengadakan sidang isbat penentuan Idul Fitri tahun ini,” ujar Ashabul Kahfi kepada wartawan, Kemarin. Meski demikian, ia pribadi tidak setuju apabila sidang isbat ditiadakan.
Meski berdasarkan pemantauan, hilal diperkirakan akan terlihat jelas di akhir bulan Ramadhan, politisi PAN itu menilai sidang isbat merupakan sarana penting untuk umat yang menggunakan metode rukyah agar lebih yakin dengan ketentuan tersebut.
“Sidang ini sangat penting sebagai ruang bagi masyarakat yang mengikuti metode rukyah, yang meyakini keabsahan melihat bulan secara langsung sebagai penentu awal bulan Hijriyah, berbanding dengan metode hisab yang lebih mengandalkan perhitungan astronomis,” terangnya.
Lebih dari teknis, sidang isbat juga dipercaya dapat menjadi wadah bagi sesama umat Muslim untuk bersilaturahmi dan memperkuat persatuan jelang bulan suci Ramadhan.
“Ini karena sidang isbat bukan sekadar seremonial, melainkan juga merupakan momen penting untuk memperkuat silaturahmi dan persatuan di antara umat Islam menjelang Ramadan dan Idul Fitri,” katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengusulkan agar sidang isbat penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri 2024 tidak perlu digelar.
Usul tersebut ditujukan Sekum PP Muhammadiyah pada Kemenag yang akan menggelar sidang isbat penentuan 1 Ramadhan pada 10 Maret 2024 mendatang.
Muhammadiyah beralasan, jika menggunakan kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada tanggal tersebut sudah dipastikan tidak akan terlihat hilal.
“Posisi hilal masih di bawah 1 derajat, jelas hilal tidak akan terlihat kalau menggunakan kriteria MABIMS,” tuturnya.
Oleh karena itu sudah dapat dipastikan Ramadhan 2024 berdasarkan metode Kemenag akan dimulai 12 Maret 2024.
Di sisi lain, Abdul Mu’ti yakin bila Hari Raya Idul Fitri versi pemerintah akan berbarengan dengan versi Muhammadiyah. Hal ini lantaran di akhir Ramadhan, hilal dipresdiksi sudah di atas 8 derajat.
“Insya Allah Idul Fitri akan bareng. Posisi hilal saat akhir Ramadan sudah di atas 8 derajat. Dengan posisi seperti itu, hilal sudah bisa dilihat jelas,” katanya.
Selain hemat waktu, Muhammadiyah berpendapat peniadaan sidang isbat dapat menghemat anggaran pemerintah.
“Jadi tidak perlu sidang isbat, sehingga bisa hemat anggaran,” ujarnya.
(Bie)