Jakarta, JurnalBabel.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno memastikan pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Borobudur diarahkan menjadi destinasi yang berkualitas dan berkelanjutan.
Seiring dengan itu pengembangannya akan tetap memperhatikan keutuhan dan kelestarian Candi Borobudur sebagai peninggalan bersejarah bangsa Indonesia. Hal inu dikatakan Sandi usai mengikuti ‘Rakor dan Peninjauan Lapangan terkait Pengembangan DPSP Borobudur’ bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim; Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo; Deputi Bidang Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Hari Santosa Sungkari; Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti; dan Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian.
“Borobudur adalah satu dari lima destinasi super prioritas yang sudah ditetapkan pemerintah. Kami akan all out untuk mendukung rencana Borobudur ini menjadi destinasi yang berkualitas dan berkelanjutan,” kata Sandi dalam siaran pers Kemenparekraf, Jumat (12/3/2021).
Kemenparekraf pun katanya akan menyiapkan atraksi-atraksi, termasuk calendar of events sesuai dengan kebijakan yang akan memperhatikan keutuhan dan kelestarian Candi Borobudur yang akan memperkuat nilai budaya dan historis dari Candi Borobudur.
“Kita juga akan memastikan bahwa desa-desa wisata yang ada di sekeliling Borobudur ini bisa ikut meningkat dari segi kesejahteraan masyarakat. Jadi ini yang akan menjadi tugas kami di Kemenparekraf,” ujar Sandi.
Sesuai RPJMN 2020-2024, Kemenparekraf menargetkan sebanyak 244 desa wisata tersertifikasi menjadi desa wisata mandiri hingga 2024. Dari 244 desa wisata, sebanyak 150 desa wisata berada di 5 Destinasi Super Prioritas, termasuk DPSP Borobudur dan akan diperluas.
“Kita harapkan desa wisata ini akan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dan membuka lapangan kerja. Dan tentunya, pengembangan desa wisata menekankan aspek berkelanjutan,” jelas Sandi.
Sementara itu Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menjelaskan bahwa pemerintah terus berupaya mengembangkan DPSP Borobudur sebagai bagian dari lima DPSP.
Hal tersebut, tambah dia, diwujudkan dengan mengimplementasikan konsep pariwisata berkualitas, mulai dari aspek aksesibilitas dan konektivitas, amenitas, atraksi, dan ancillary.
Masalah utama yang terjadi pada Candi Borobudur saat ini adalah tekanan besar terhadap strukturnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan wisatawan candi, yang mencapai 8.000 orang perhari pada 2019.
Sementara, hasil studi Balai Konservasi Borobudur menunjukkan bahwa idealnya Candi Borobudur hanya mampu menampung maksimal 128 pengunjung setiap harinya.
“Saat ini pemerintah tengah melakukan penajaman dan penerapan Rencana Induk Pariwisata Terpadu Borobudur-Yogyakarta-Prambanan untuk mengembangkan DPSP Borobudur menjadi pariwisata berkualitas,” kata Luhut.
Untuk memastikan agar dampak pelestarian Candi Borobudur berkelanjutan, juga akan melibatkan masyarakat secara aktif. Salah satunya peran mahasiswa, untuk memperdalam studi kawasan Borobudur sehingga tumbuh sense of belonging terhadap kawasan ini.
“Dengan demikian, akan tumbuh rasa bertanggung jawab untuk merawat dan melestarikan peninggalan ini hingga ke generasi mendatang,” ujarnya.
Luhut melanjutkan bahwa melalui kunjungan tersebut, pemerintah akan menyiapkan kawasan Candi Borobudur menjadi laboratorium konservasi cagar budaya bertaraf internasional.
Sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengemukakan Candi Borobudur menyandang beberapa status, yaitu Warisan Dunia, Kawasan Cagar Budaya peringkat nasional, Kawasan Strategis Nasional, Obyek Vital Nasional, dan terakhir sebagai salah satu DPSP.
Karenanya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengedepankan pembenahan keseluruhan tata kelola dari perlindungan sampai pemanfaatan untuk memaksimalkan potensi kawasan ini.
Nadiem melanjutkan bahwa ada beberapa hal yang akan diatur dalam rencana pengelolaan terpadu Candi Borobudur. Hal-hal tersebut antara lain peningkatan fasilitas interpretasi dan informasi mengenai nilai penting Kompleks Candi Borobudur, peningkatan kualitas lingkungan hidup dan sumber daya alam, pengembangkan pariwisata berkelanjutan yang mendukung pelindungan Kompleks Candi Borobudur dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kegiatan konservasi cagar budaya di kawasan, serta perbaikan tata kelola.
“Pengembangan atraksi-atraksi penunjang pada sejumlah titik di sekitar Kompleks Candi Borobudur sejatinya bertujuan untuk menyebar kunjungan wisata, sehingga mengurangi beban pada Candi Borobudur itu sendiri. Hal ini harus selaras dengan semangat melindungi lansekap budaya Kompleks Candi Borobudur,” tutur dia.
Infrastruktur Terpadu
Dari aspek infrastruktur, Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR, Diana Kusumastuti mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur DPSP Borobudur direncanakan secara terpadu baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, serta perbaikan hunian penduduk melalui sebuah rencana induk pembangunan infrastruktur.
“Untuk pariwisata, pertama yang harus diperbaiki adalah infrastrukturnya, kemudian amenitas dan event, baru promosi besar-besaran. Kalau hal itu tidak siap, wisatawan datang sekali dan tidak akan kembali lagi. Itu yang harus kita jaga betul. Prinsipnya adalah mengubah wajah kawasan dengan cepat, terpadu, dan memberikan dampak bagi ekonomi lokal dan nasional,” kata Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian.
Dalam peninjauan lapangan, rombongan mengunjungi beberapa titik pembangunan yang terdiri atas Lahan Otorita Borobudur, Lapangan Samigaluh, Kampung Seni Borobudur atau Lapangan Kujon, Kembanglimus Community Center, Gerbang Palbapang, Manohara Study Center, dan Concourse Candi Borobudur.
(rsa)