Jakarta, JurnalBabel.com – Sering kali UMKM dipahami hanya dari sisi produk dan omzet. Padahal ada fondasi yang menentukan, yakni keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta jaminan sosial.
Apalagi berada di kawasan pelabuhan yang ekosistem kerjanya identik dengan
bongkar muat, logistik, lalu lintas kendaraan, aktivitas fisik, potensi kecelakaan kerja.
Demikian dikatakan oleh Anggota Komisi IX DPR, Ashabul Kahfi, saat menjadi pembicara bagi pelajar SMA/SMK/MK, pengusaha UMKM dan Umum, dengan tema “Wirausaha Sekolah Unggul, UMKM Tangguh Bersama dalam Kolaborasi Legislatif, Pemerintah Wilayah & Independent” di Terminal 1 Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Rabu (17/12/2025).
“Saya ingin menegaskan satu kalimat: UMKM yang kuat bukan UMKM yang hanya besar omzetnya, tetapi UMKM yang melindungi manusia di dalamnya,” kata Ashabul Kahfi.
Ashabul menguraikan apa yang dimaksud UMKM melindungi manusia didalamnya.
Pertama, K3 itu bukan sekadar helm dan rompi, tetapi itu budaya. Artinya, kerja aman jadi kebiasaan, alat kerja layak, proses kerja tertib, risiko kerja dihitung,
dan kalau terjadi kecelakaan—lbada mekanisme penanganan.
Selain itu, kata Ashabul, UMKM sering merasa K3 itu “urusan perusahaan besar”. Padahal justru UMKM yang paling rentan, karena bekerja dengan alat seadanya, ruang produksi sempit, belum ada SOP,
belum ada pelatihan keselamatan kerja.
“Padahal satu kecelakaan bisa menghentikan produksi berhari-hari. Satu pekerja sakit bisa membuat usaha berhenti. Jadi K3 bukan biaya, K3 adalah investasi produktivitas,” jelasnya.
Kedua, BPJS Ketenagakerjaan & BPJS Kesehatan: payung ketika risiko datang.
Legislator asal Sulsel ini menyampaikan bahwa tidak ada manusia yang bisa memastikan dirinya tidak sakit. Tidak ada usaha yang bisa memastikan tidak terjadi kecelakaan kerja. Yang bisa kita lakukan adalah memastikan jika itu terjadi, keluarga tidak jatuh miskin, dan usaha tidak runtuh.
“Jaminan sosial itu seperti pelampung di lautan. Kita tidak berharap tenggelam. Tapi jika ombak besar datang, kita tidak panik karena ada pelampung,” ujarnya.
Ashabul menekankan perlindungan itu sangat penting bagi pekerja UMKM dan pekerja mandiri. Pasalnya, disana ada risiko kecelakaan kerja, risiko meninggal dunia, risiko hari tua tanpa penghasilan dan risiko biaya pengobatan yang menguras tabungan.
Sebab itu, Ashabul mengajak pelaku UMKM dan wirausaha muda bahwa mulailah membangun usaha dengan budaya perlindungan.
“Karena usaha yang tidak melindungi orang di dalamnya, cepat atau lambat akan rapuh. Dan untuk adik-adik pelajar yang sudah mulai usaha: biasakan dari sekarang berpikir bukan hanya ‘untung’, tapi juga ‘aman’ dan ‘berkelanjutan’,” pungkas politisi PAN ini.
