Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi IX DPR, Ashabul Kahfi, memastikan, masalah 1 juta sarjana yang berstatus pengangguran di Indonesia pada 2025 menjadi perhatian serius pihaknya serta merupakan masalah lintas sektor.
“Ini bukan cuma tantangan buat Kementerian Ketenagakerjaan saja, tapi harus dilihat sebagai masalah lintas sektor. Mulai dari pendidikan tinggi, dunia usaha, sampai perencanaan pembangunan nasional,” kata Ashabul Kahfi kepada wartawan, Rabu (9/7/2025).
Atas dasar itu, Ashabul menyarankan, sejumlah hal yang perlu dilakukan pemerintah agar penyerapan tenaga kerja khususnya lulus sarjana dapat bekerja lebih maksimal.
Pertama, benahi kurikulum di kampus. Ia mengatakan, banyak lulusan yang ilmunya bagus tapi tidak nyambung dengan kebutuhan dunia kerja hari ini. Padahal dunia sekarang sudah berubah, serba digital dan banyak sektor baru bermunculan.
“Jadi, kampus harus bisa menyesuaikan, termasuk dengan memperbanyak program magang dan penguatan soft skills mahasiswa,” tegas Ashabul.
Kedua, hubungan antara kampus dengan dunia industri harus diperkuat. Menurut Ashabul, jangan sampai lulusan universitas dilepas begitu saja tanpa adanya arah.
“Perlu ada skema kerja sama yang jelas, entah itu lewat program magang, pelatihan bersama, atau rekrutmen langsung,” ujar Ashabul.
Ketiga, merevitalisasi balai latihan kerja atau BLK. Ashabul meminta, pemerintah mendorong sarjana-sarjana yang belum terserap kerja ikut pelatihan tambahan sesuai dengan kebutuhan pasar.
“Apalagi sekarang sudah banyak pelatihan yang berbasis digital, itu bisa dimanfaatkan,” jelas dia.
Politikus Partai Amanat Nasional atau PAN ini menambahkan, pemerintah juga perlu mendorong anak-anak muda untuk berani berwirausaha. Jangan hanya, lanjut Ashabul, mengandalkan lowongan kerja dari perusahaan.
“Pemerintah bisa bantu dari sisi pelatihan bisnis, akses modal, sampai pendampingan. Jadi, mereka punya peluang untuk menciptakan lapangan kerja, bukan cuma mencari kerja,” ungkap dia.
Terakhir, Ashabul berharap, pemerintah dapat memikirkan insentif untuk perusahaan yang aktif menyerap tenaga kerja sarjana. Ashabul mencontohkan, pemerintah bisa memberikan potongan pajak atau dukungan pelatihan bagi karyawan baru.
“Ini bisa jd win-win solution,” pungkasnya.