PANGKALPINANG, JurnalBabel.com – Ratusan umat Katolik mengikuti Misa Minggu Palma yang digelar di Gereja Katolik Santo Petrus, Desa Jeruk, pada Minggu (13/04). Salah satu umat yang hadir dalam misa ini adalah Me Hoa, anggota DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang tampak khusyuk mengikuti seluruh rangkaian ibadah, mulai dari prosesi pemberkatan daun palma hingga perayaan Ekaristi.
Minggu Palma merupakan peringatan penting dalam kalender liturgi Gereja Katolik, yang menandai dimulainya Pekan Suci menjelang Hari Raya Paskah. Momen ini mengenang peristiwa masuknya Yesus ke Yerusalem, yang disambut oleh rakyat dengan hamparan daun palma sebagai bentuk penghormatan dan sukacita.
Perayaan di Gereja Santo Petrus dimulai dengan prosesi pemberkatan daun palma yang dipimpin oleh RD. Marcelinus Gabriel. Prosesi berjalan tertib, diawali oleh misdinar, petugas liturgi, pastor, dan umat yang menyanyikan lagu pujian sambil membawa daun palma menuju altar.
Salah satu tokoh yang hadir, Me Hoa, menyampaikan rasa syukurnya karena masih dapat mengikuti misa Minggu Palma tahun ini. “Puji Tuhan, saya bersyukur bisa datang dan mengikuti perayaan ini. Ini menjadi momen reflektif untuk memasuki Pekan Suci dan merenungkan kisah sengsara Tuhan Yesus,” ujarnya.
Me Hoa mengungkapkan bahwa kisah Yesus yang disambut dengan pujian, namun kemudian dihujat dan disalib, menjadi cerminan nyata dinamika kehidupan manusia. “Sebentar kita dipuji, dielu-elukan, lalu tiba-tiba dijatuhkan. Itu juga saya alami. Tapi yang penting adalah semangat bangkit. Jatuh, bangkit, jatuh, bangkit lagi. Sama seperti Tuhan Yesus dalam perjalanan-Nya,” tambahnya.
Minggu Palma menjadi pintu masuk menuju Pekan Suci, saat umat diajak untuk merenungkan kisah sengsara dan pengorbanan Yesus. Me Hoa menekankan bahwa cinta Tuhan bersifat konstan dan tidak berubah, berbeda dengan cinta manusia yang mudah berganti. “Cinta dari manusia bisa berubah-ubah, tapi cinta Tuhan tetap. Maka kita harus kuat menghadapi hidup yang kadang membuat kita kecewa atau jatuh,” katanya.
Ia juga menyinggung pentingnya doa bagi para pemimpin, agar mereka tetap teguh menjalankan amanah tanpa menyalahgunakan kekuasaan. “Doa umat setiap minggu sangat berkesan. Itu jadi cermin dan check and balance dalam setiap karya kita,” jelasnya.
Perayaan berlangsung dengan tertib, meriah, namun tetap penuh kekhusyukan. Umat memaknai prosesi ini bukan hanya sebagai rutinitas tahunan, tetapi sebagai ajakan untuk memperbarui hidup. Lagu-lagu liturgi, bacaan Kitab Suci, Passio dan homili dari pastor menjadi sarana refleksi mendalam.
Menutup wawancaranya, Me Hoa menyampaikan pesan kepada umat Katolik agar menjadikan Pekan Suci sebagai proses pembelajaran spiritual. “Kalau kita merasa sepi, sedih, padahal Tuhan Yesus lebih sedih dan lebih sepi, lebih susah dari kita. Jadi kita ini belum seberapa. kita ingat bahwa Yesus lebih menderita dari kita. Itu menjadi penguat kita untuk bangkit dan terus melangkah dalam iman,” pungkasnya.