Jakarta, JurnalBabel.com – Berbagai kalangan belakangan ini meributkan apakah pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan lockdown atau karantina wilayah untuk menekan penyebaran virus corona atau Covid-19 di tanah air.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun sudah mengajukan surat untuk minta izin ke pemerintah pusat untuk mengadakan karantina di wilayahnya. Namun, Pemerintah baru akan mengadakan rapat pada Selasa (31/2/2020) untuk membahas Peraturan Pemerintah (PP) tentang Karantina wilayah sebagai pegangan pemerintah daerah atau pemda untuk melaksanakan Karantina Wilayah.
Karantina wilayah atau local lockdown perlu dilakukan karena himbauan pemerintah mengenai social distancing bahkan physical distancing dihiraukan masyarakat. Terutama di DKI Jakarta. Padahal berdasarkan update data Posko terpadu Penanganan ‘Covid-19 di Indonesia per Senin (30/3/2020) pagi, terjadi 1.285 kasus.
Rinciannya 1.107 dirawat, 114 meninggal dunia dan 68 pasien sembuh. DKI Jakarta menjadi wilayah yang paling banyak terjangkit virus ini, yakni 675 kasus. Di ikuti Jawa Barat 149, Banten 106 dan Jawa Timur 90 kasus.
Menangapi hal itu, peneliti & pengajar Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Dr. Budi Hartono, SE, MARS, CCP, meminta sebaiknya semua pihak jangan terjebak pada nomenklatur/istilah lockdown maupun karantina wilayah. Mengingat kedua istilah itu memiliki “meaning” yang sama.
Menurutnya, yang terpenting saat ini adalah esensi tindakan meminimalkan hingga mencegah pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain dengan sumber daya dan kekuatan yang ada.
Pasalnya, lanjut dia, lockdown maupun karantina wilayah atau dalam kondisi normalpun, sama-sama berkonsekwensi bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk mengamankan kebutuhan masyarakatnya, karena ini merupakan amanah UUD 1945,” kata
“Saatnya kita bersatu dan tidak terjebak pada narasi tapi meninggalkan esensi. Saat ini yang dibutuhkan adalah kecepatan atas opsi pilihan berbasis pengetahuan yang ada/valid, sebelum semuanya lebih terlambat lagi,” katanya saat dihubungi, Senin (30/3/2020).
Dijelaskannya, hingga saat ini pertumbuhan kasus Covid-19 masih terus berlangsung dan diprediksi dari kasus berbagai negara dan juga simulasi dari berbagai kalangan akademik), akan menyebar ke berbagai wilayah besar lainnya. Sebab episentrum kasus sudah banyak berpindah melalui media manusia ke daerah-daerah yang ada hubungannya dengan daerah asal/kasus terbanyak ini.
Dia menambahkan, semua pakar kedokteran dan kesehatan sepakat bahwa penyebaran virus ini dapat dihambat melalui penjagaan jarak atau social/physical distancing (pencegahan kerumunan) beserta interaksi dekatnya dengan diam di rumah (stay at home).
“Namun kita lihat tingkat kedisiplinan melakukan ini tidak sepenuhnya tinggi/ditaaati, sehingga ini yang menjadikan penyebab kasus semakin meningkat,” pungkasnya. (Bie)
Editor: Bobby