Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi VI DPR Hendrik Lewerissa mendesak pemerintah untuk menjelaskan kepada rakyat mengapa sampai hari ini belum dilakukan penurunan harga BBM. Padahal harga minyak dunia saat ini bertengger di harga USD15 per barel.
“Bagi Indonesia yang adalah negara pengimpor minyak, rendahnya harga minyak saat ini adalah kesempatan bagi pemerintah untuk membeli sebanyak-banyaknya minyak untuk dijadikan cadangan nasional (national reserve),” kata Hendrik Lewerissa dalam keterangan tertulisnya, Selasa (28/4/2020).
Jika sampai saat ini pemerintah Indonesia tidak melakukan penyimpanan minyak untuk cadangan nasional, sebut Hendrik, maka hal itu dapat disebabkan karena Pemerintah tidak punya cukup dana/anggaran untuk itu, atau bisa juga disebabkan karena infrastruktur penampung seperti tangki-tangki penampung cadangan minyak dalam jumlah yang banyak yang ada saat ini tidak memadai.
“Solusinya, Pemerintah bisa menggunakan tangki-tangki penampung milik perusahaan-perusahaan minyak milik swasta lewat suatu perjanjian kerjasama,” ungkapnya.
Politisi Partai Gerindra ini mengakui memang sulit bagi Pemerintah untuk melakukan pembelanjaan yang akan menguras devisa, karena pundi-pundi negara memang harus diakui saat ini dalam kondisi yang sulit. Prioritas tentu diberikan untuk memastikan ketersedian sembilan bahan pokok dengan harga yang terjangkau di pasar melalui pasokan (supply) yang memadai apalagi dalam suasana Ramadhan dan menghadapi Lebaran 2020.
Selain itu yang paling mendesak selain pangan adalah ketersediaan obat-obatan dan peralatan medis, khususnya APD seperti masker, sarung tangan, antiseptic dan lain-lain. “Namun demikian, Pemerintah harus menjelaskan kepada rakyat soal harga minyak ini. Ini kan ironis sekali, karena rakyat tahu bahwa harga minyak saat ini lagi rendah mengapa harga jual BBM di tanah air masih seperti biasa, tidak juga turun,” ujarnya.
“Jangan sampai rakyat yang memaksakan kehendaknya untuk bertanya kepada Pemerintah. Kalau sampai rakyat meminta penjelasan ke Pemerintah, wah ini bisa repot,” sambungnya.
Legislator dari daerah pemilihan Maluku ini menyatakan harga minyak itu dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu harga minyak mentah di dunia dan nilai tukar rupiah. “Kalau harga minyak turun tapi nilai tukar rupiah masih lemah terutama terhadap dollar Amerika Serikat, maka memang tidak mudah untuk harga minyak itu diturunkan oleh Pemerintah, tetapi harga minyak saat ini kan amat sangat rendah,” katanya mempertanyakan.
“Masa sih Pemerintah tidak dapat menurunkan harga minyak ? Implikasinya sangat berat dirasakan oleh rakyat didaerah-daerah yang jauh dari pusat distribusi BBM terutama di daerah pulau-pulau seperti di Maluku ini. Kasihan rakyat kita, sudah-susah karena Covid 19, tambah susah lagi karena harga BBM yang belum juga turun,” tambahnya.
Kalau Pemerintah berniat untuk menambah pundi-pundi keuangan negara, tegasnya, maka Pemerintah harus menjelsakan hal itu kepada rakyat. “Jangan menunggu sampai rakyat yang meminta penjelasan ke Pemerintah, kita semua akan repot apalagi dalam kondisi sulit saat ini,” tegasnya menandaskan. (Bie)
Editor: Bobby