Jakarta, JurnalBabel.com – Indonesia akan fokus mengandalkan minyak sawit sebagai bahan bakar minyak (BBM) alternatif mulai 2045. Hal tersebut menyusul rencana Indonesia menyetop impor bahan bakar fosil.
Anggota Komisi VII DPR, Sartono Hutomo mengapresiasi hal itu, namun semua pihak juga wajib mengingatkan pemerintah bahwa biodiesel yang digunakan dalam campuran solar berasal dari CPO yang diproduksi melalui pembakaran lahan yang mengakibatkan pelepasan emisi yang juga mendorong terjadinya krisis iklim dan mengancam kesehatan masyarakat.
Disamping itu pun, menurut Sartono, Pemerintah juga memerlukan kesiapan infrastruktur dan pembiayaan tidak sedikit, karena ini baru pertama sehingga butuh uji coba sampai bisa diterapkan di masyarakat.
“Transisi energi adalah keniscayaan, yang jelas yang menjadi inti persoalannya adalah bagaimana menyajikan energi bersih dan tetap terjangkau di masyarakat. Transisi energi dari fosil ke non fosil harus berdampak pada perekonomian bangsa, jangan malah sebaliknya,” kata Sartono kepada wartawan di Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Namun demikian, Politikus Partai Demokrat ini tetap menyambut positif rencana Menko Marves yang mengandalkan minyak sawit menjadi BBM. Namun tetap mengedepankan keberpihakan kepada produk nasional.
“Kita sambut positif rencana dari Menko Marves tersebut selama hal tersebut berpihak kepada pengusaha nasional, Serta sumberdaya manusianya melibatkan rakyat kita sendiri. Dan oleh karena itu pengawasan terhadap standard operasional prosedur CPO yang ketat menjadi kunci dalam pengembangan biofuel di Indonesia,” tegas legislator dapil Jatim VII ini.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan 2045 menjadi tahun pilihan. Berdasarkan riset, Indonesia diprediksi bisa memproduksi sekitar 100 juta ton minyak sawit di tahun tersebut.
Optimisme itu disampaikan Luhut dalam Indonesia Zero Pathway: Opportunity & Challenges yang digelar di Paviliun Indonesia, World Economic Forum Annual Meeting 2023 di Davos, Swiss. Nantinya, minyak sawit bakal digunakan untuk pangan dan BBM.
“30 persennya akan diarahkan untuk pangan dan sisa 70 persennya kita bisa lakukan riset dan bisa bikin etanol. Jadi kita tidak perlu mengimpor minyak fosil pada saat itu,” kata Luhut, Kamis (19/1/2023).