Jakarta, JurnalBabel.com – Pakar komunikasi politik, Hendri Satrio (Hensa), menyoroti polemik ijazah Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang kembali ramai dibicarakan publik.
Ia menilai, isu ini muncul setelah polemik serupa menyeret ayahnya yaitu Presiden ke-7 Joko Widodo beberapa waktu lalu.
Menurutnya, sorotan terhadap ijazah Gibran seolah menjadi kelanjutan dari narasi yang mengarah pada hal-hal personal, bukan substansi kinerja.
“Sudahlah, lebih baik kita bicarakan isu lain saja dibandingkan hanya persoalan ijazah,” kata Hensa dikutip, Senin (15/9/2035).
Hensa menilai, polemik ini sebenarnya tidak terlalu relevan dengan kinerja Gibran sebagai Wakil Presiden.
Ia menegaskan, fokus publik seharusnya diarahkan pada isu-isu yang lebih penting, seperti capaian pemerintah atau evaluasi kinerja menteri. Sebab, isu ijazah cenderung bersifat personal dan kurang memberikan dampak signifikan bagi kemajuan negara.
“Padahal, polemik ijazah ini seperti mengalihkan perhatian dari hal-hal yang lebih substansial seperti kinerja menteri atau kebijakan pemerintah untuk rakyat,” ujarnya.
Namun, Hensa juga memahami mengapa isu seperti ijazah ini mudah viral. Pasalnya, kinerja Gibran sebagai Wakil Presiden mungkin belum terlalu terlihat di mata publik, berbeda dengan menteri-menteri yang bisa turun langsung ke lapangan atau mewakili negara dalam urusan internasional.
Hal ini membuat isu personal seperti ijazah lebih mudah menarik perhatian. “Gibran ini selalu kayak anak magang yang belum kelihatan kerjanya, makanya isu ijazah ini mudah sekali jadi sorotan. Padahal, menteri-menteri yang keluyuran di lapangan itu yang lebih layak diobrolin,” katanya.
Hensa mengajak masyarakat untuk lebih memerhatikan kinerja Gibran dan mengawalnya, dibandingkan membahas hal-hal personal seperti ijazah.
Ia menegaskan, sebagai Wakil Presiden, Gibran memiliki tanggung jawab besar yang seharusnya menjadi fokus perhatian publik.
“Gibran kan udah jadi Wapres, terus sekarang ribut-ribut ijazah? Mending kawal kerjaan dia yang mungkin belum kelihatan, daripada ngurusin yang enggak penting,” katanya.
Hensa menekankan pentingnya transparansi pejabat publik untuk meredam spekulasi yang tidak perlu.
Ia menyarankan agar Gibran dan pejabat lainnya terbuka soal informasi personal untuk menghentikan isu-isu tak relevan. Namun, ia tetap berpendapat bahwa polemik ijazah tidak seharusnya jadi fokus utama.
“Negara ini punya banyak PR besar, seperti ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan rakyat. Itu yang seharusnya kita kawal dan perbincangkan, bukan hal-hal remeh seperti ijazah,” pungkasnya.