SUNGAILIAT, JURNALBABEL.COM– Guru adalah pendidik dan pengajar pada suatu pendidikan melalui sekolah atau pendidikan formal. Guru umumnya merujuk pada pendidikan yang profesional yang bertugas mendidik, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi para peserta didik. Menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, ataupun profesi.
Menjadi profesional artinya menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seseorang yang profesional (baca:guru) tentu akan berkualitas dalam menjalankan tugasnya saat ini.
Para guru dan kepala sekolah pun dituntut menjadi profesional dalam artian tidak hanya ahli tapi juga kerja sesuai bidang yang dimiliki, serta terus berinovasi dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki supaya bisa bersaing.
Demikian disampaikan Konsultan Sumber Daya Manusia (SDM) Yayasan Tunas Karya (YTK) Yuyun Yustina Yonita, S. Psi., M.Psi., Psikolog saat menyampaikan materinya terkait Manajemen SDM pada Raker Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) 2019 di Auditorium Depati Amir Hotel Tanjung Pesona, Sungailiat, Selasa (6/11-2018).
“Sebagai orang yang berprofesi sebagai pendidik, kita dituntut menjadi profesional dengan berlandaskan teori-teori yang memungkinkan kita terus berinovasi yang dimulai dari karakter untuk menjadikan sekolah-sekolah katolik lebih profesional,” kata psikolog industri organisasi ini.
Menurut master psikologi Universitas Indonesia itu, profesionalitas merujuk pada karakter, sementara kepribadian menjadi hal yang mudah tampak oleh orang lain. Orang menjadi tidak profesional karena memiliki KARAKTER LEMAH.
“Contohnya, lebih tertarik menyenangkan orang lain terutama atasaannya lalu lupa mempertahankan nilai-nilai, lebih memilih mengerjakan hal-hal mudah meski tahu bahwa hal itu tidak memberi kontribusi bagi tempat kerja,” bebernya.
Yuyun Yustina lebih jauh menyampaikan, tidaklah susah menjadi profesional bila visi-misi yayasan sungguh dihidupi dalam diri para pendidik dan tenaga kependidikan juga di sekolah-sekolah.
“Ketika orang sudah sampai level profesionalitas, dia selalu ingin mengejar kesempurnaan hasil serta mencari peningkatan mutu, memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan, tidak mudah puas dan putus asa sampai hasil tercapai, berintegritas tinggi dan tidak tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa”, dan juga memerlukan kebulatan pikiran dan perbuatan sehingga terjaga efektivitas kerja tinggi,” akunya.
Editor: Stef Lopis