Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi III DPR, Supriansa, mengapresiasi program baru yang dimiliki KPK dalam penyuluhan mencegah tindak pidana korupsi dengan melibatkan pelaku/narapidana korupsi langsung untuk memberikan testimoni.
Pasalnya, kata dia, tidak mudah membuat para napi membuat testimoni. Program tersebut juga dinilainya satu inovasi baru yang digagal lembaga antirasuah itu.
“Saya kira itu salah satu inovasi baru yang digagas KPK yang patut diapresiasi. Kita menghargai idenya karena meminta para mantan napi untuk membuat testimoni itu tidak mudah,” kata Supriansa, kepada wartawan, Selasa (24/8/2021).
Politisi Golkar ini menambahkan perlu kesiapan mental dalam melakukan komunikasi dua arah. Dia berharap program itu dapat mempengaruhi publik.
“Pasti dibutuhkan kesiapan mental, cara bicara, dan pola komunikasi dua arah yang baik agar bisa mempengaruhi orang untuk menjauhi korupsi. Karena korupsi bukan hanya menghancurkan diri sendiri, tapi bisa menghancurkan negara,” ujar legislator asal Sulawesi Selatan ini.
KPK memiliki cara baru dalam mencegah tindak pidana korupsi dengan melibatkan pelaku korupsi langsung. Mereka yang dilibatkan adalah para narapidana atau napi kasus korupsi atau para koruptor. Hal itu disampaikan Deputi Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK Wawan Wardiana pada Jumat, 20 Agustus 2021.
Sebelumnya, tim KPK sudah mendatangi dua lembaga pemasyarakatan atau lapas tempat para koruptor berada, yaitu di Lapas Sukamiskin pada 31 Maret 2021 dan Lapas Tangerang pada 20 April 2021.
“Dari 28 (napi koruptor di lapas Sukamiskin), melalui beberapa tes, hanya empat orang yang memungkinkan, karena ada juga yang saya pengin tapi setelah diuji oleh psikolog tidak memungkinkan. Jadi hanya empat orang. Kemudian di Lapas Tangerang, dari 22 orang, hanya tiga orang yang memungkinkan untuk memberikan testimoni ini,” kata Wawan.
“Sudah dua kali kami laksanakan. Yang pertama di (Lapas) Sukamiskin, Bandung, yang kedua di Tangerang, lapas perempuan. Di Sukamiskin itu ada 28 peserta, karena kami didampingi oleh pakar psikologi waktu itu,” sambungnya.
(Bie)