Karimun, JURNALBABEL.COM--Berkaitan dengan gejolak sosial yang mengganggu proses pembangunan Gereja St Yoseph Tanjung Balai, Karimun, pihak Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia menegaskan tidak ada masalah intoleransi di dalamnya.
Hal itu diungkapkan oleh Staf Khusus Menteri Agama Ubaidilah Amin Moech di Kantor Kemenag, Jakarta, Selasa (18/2/2020). “Saya diutus ke Karimun, intinya di sana tak ada masalah intoleransi, hanya masalah IMB aja,” kata Ubaidilah.
Menanggapi statement staf Menteri Agama itu, Romo Diosesan Pangkalpinang, Romo Agustinus Dwi Pramodo, Pr menegaskan kesimpulan tersebut menunjukkan pihak Kemenag mereduksi persoalan intoleransi ke hanya soal IMB. “Pernyataan bahwa tidak ada intoleransi di Tanjung Balai Karimun, adalah dalam konteks menjalankan ibadah,” ujar Romo Agustinus Dwi Pramodo melalui telepon selularnya, Rabu 19 Feberuari 2020.
Bagi Ketua Pegiat Komisi Hubungan Antar Agama Keuskupan Pangkalpinang ini, persoalan yang dihadapi oleh Gereja St. Joseph Karimun adalah penolakan IMB Gereja Katolik St Yoseph Tanjung Balai.oleh kelompok tertentu terhadap. “Padahal IMB tersebut adalah produk hukum Negara,” imbuh Romo yang kerap disapa Romo Pram ini.
Lantas, Romo Parokus Tanjunpinang ini menambahkan, penolakan terhadap IMB menunjukkan bahwa situasi tidak kondusif dan ada intoleransi..”Ada upaya mengaburkan perjuangan gereja dengan penyataan itu,” ujarnya lagi .
Selain itu, Romo Pram sangat menyayangi pihak Kemenag mereduksi persoalan intoleransi ke hanya soal IMB. “Sangat disayangkan beliau mengatakan hanya soal IMB. Terkesan meremehkan persoalan,” jelas Romo Pram.
Padahal dalam realitas, menurut Romo Pram, justru IMB inilah sebenarnya yang sering menjadi pemicu utama adanya sikap sikap intoleran.
“Bukan hanya Gereja St Yoseph Tanjung Balai Karimun yang 8 tahun memperjuangkan IMB, tetapi juga banyak kasus lain di berbagai tempat,” tutur Romo Pram.
Selain itu, bagi Romo yang juga suka fotography ini, kedatangan pihak Kemenag ke lokasi, semestinya membuat mereka lebih memahami realitas itu secara benar.
“Seharusnya dengan kedatangan di lokasi, membuat dia melihat situasi konkret dan bukan justru mengaburkan masalh utama yang kita perjuangkan,” pungkas Romo Pram. (Fadli Kelen)
Editor : Stefan