Jakarta, JurnalBabel.com – Virus korona atau Covid-19 terus menambah daftar korbannya dari kalangan medis. Kemarin (4/4/2020), tiga dokter dinyatakan wafat setelah terinfeksi virus korona. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Ketiga dokter yang gugur dalam perjuangan melawan Covid-19 adalah Dr. dr. Lukman Shebubakar, Sp.OT(K), Ph,D, dr. Bernadette Albertine Francisca T.Sp. THT-KL, dan dr. Ketty Herawati Sultana.
Bernadette dan Lukman berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Sementara Ketty meninggal dengan status positif terinfeksi virus corona.
Hingga kini, tercatat ada 17 dokter yang tergabung dalam IDI dan 5 dokter gigi yang tergabung di Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) yang semuanya meninggal dunia akibat tertular virus setelah berjuang menangani pasien Covid-19. Mereka meninggal dengan kondisi berbagai status seperti Orang Dalam Pengawasan, Pasien Dalam Pengawasan hingga Positif.
Menanggapi hal tersebut, Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PPP, Anas Tahir, mengingatkan pihak Rumah Sakit (RS) agar lebih memperhatikan keselamatan para petugasnya dengan menerapkan standar kedisiplinan yang tinggi agar korban pekerja medis tidak terus bertambah.
“Para petugas medis yang berada di garda terdepan harus lebih disiplin memakai alat pelindung diri (APD) yang memadai. Bahkan jika belum terpenuhi persediaan APD yang sesuai dengan standar WHO pun petugas medis tetap wajib memakai APD yang ada. Jangan pernah tangani pasien korona tanpa memakai alat pelindung diri,” kata Anas Thahir saat dihubungi, Minggu (5/4/2020).
Persediaan APD dan alat kesehatan lainnya yang menjadi penunjang penanganan virus ini tentu memerlukan dana yang tak sedikit. Untuk itu, Anas mengingatkan juga kepada pemerintah untuk memperkuat dukungan moril dan materil kepada para tenaga medis yang menjadi garda terdepan melawan virus ini.
“Pemerintah harus bekerja lebih keras untuk mempercepat pengadaan APD dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan rumah-rumah sakit dan mendistribusikannya sesuai prioritas kebutuhan,” ujarnya.
Namun, tidak hanya pemerintah dan pihak medis yang mempunyai peran besar dalam penanggulangan virus pencabut nyawa manusia ini. Hal yang paling utama dari perlawanan mengahadapi wabah ini, kata Anas, adalah partisipasi masyarakat untuk disiplin melaksanakan pencegahan virus korona.
Partisipasi itu tidak memerlukan biaya besar, masyarakat cukup mematuhi imbauan pemerintah untuk menerapkan jaga jarak sosial atau sosial distancing. Menghindari keramaian dengan menahan diri untuk tidak mudik sementara juga menjadi faktor besar agar virus ini tidak menyebar kemana-mana.
Dengan begitu, pertambahan kasus Covid-19 bisa ditekan bahkan bisa berakhir. Persatuan dari lingkup pemerintah hingga masyarakat dalam pencegahan, imbuh Anas, menjadi modal besar bagi negeri ini untuk memberantas virus korona.
“Pemerintah, rumah sakit, penyedia obat dan alat-alat kesehatan, petugas medis, dan seluruh masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan saling memperkuat serta bahu-membahu untuk bersama-sama menghadapi wabah ini agar segera punah,” kata Anas menambahkan.
Anggota komisi IX DPR dari Fraksi PDIP, Rahmad Handoyo, mengingatkan kepada masyarakat untuk menggunakan masker ketika hendak berobat ke dokter. Pasalnya, virus korona yang terkadang tidak menunjukkan gejala pada diri seseorang, tanpa sadar bisa menularkan virus ke kalangan dokter. Tindakan ini juga mesti disertai protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pihak medis.
“Perlu kita tekankan, agar semua pasien yang Covid-19 atau bukan ketika berkunjung ke dokter harua menggunakan masker dan protokol kesehatan yang harus ditaati, agar pasien yang tidak ada tanda-tanda Covid-19 namun [ternyata] sudah terpapar korona, tidak menularkan kepada para medis kita,” kata Rahmad Handoyo saat dihubungi terpisah.
Hal lain yang tidak kalah penting kata Rahmad adalah mematuhi imbauan pemerintah tentang menjaga jarak antar warga atau sosial distancing. Jika memang belum ada karantina wilayah atau local lockdown di Indonesia, setidaknya masyarakat mau menjalankan karantina mandiri dengan mengurangi kegiatan di luar rumah dan menjaga diri di dalam rumah.
Kalau pun hendak keluar rumah, menurut Rahmad, masyarakat dianjurkan mengenakan masker. Upaya itu dilakukan karena siapapun bisa saja menjadi penyebar (carrier) virus tanpa meski kondisi tubuh terlihat sehat.
“Masyarakat umum juga harus tertib dan disiplin terhadap protokol pemerintah yang menganjurkan masyarakat tetap di rumah, dan di luar rumah menggunakan masker, baik yang menggunakan masker kain maupun masker sesuai dengan standar kesehatan, maka akan bisa menekan korban terutama di kalangan medis,” ujar legislator dari daerah pemilihan Jawa Tengah V ini.
Rahmad juga mengingatkan agar para tenaga medis yang menjadi garda terdepan melawan virus ini juga mematuhi protokol yang telah ditetapkan, yakni dengan setia menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja menangani pasien.
Dia menekankan, jika sewaktu-waktu kehabisan APD, dokter atau perawat sesekali jangan memberanikan diri untuk turun langsung mengobati pasien Covid-19.
Sebab itu, persediaan APD dan dukungan kesehatan lainnya menjadi peran penting bagi pemerintah. Pemerintah harus menjamin keselamatan para tenaga medis jika menginginkan masyarakat selamat dari terjangan wabah ini.
“Dari hasil rapat kerja pemerintah dengan Komisi IX dua hari yang lalu telah memutuskan pemerintah berkomitmen untuk memenuhi kelengkapan kebutuhan APD. Kedua, dalam hal pandemi virus ini, yang paling penting, paramedis yang tidak menggunakan APD standar harus diprioritaskan untuk menyelamatkan diri sendiri dulu baru membantu pasien untuk mencegah terus bertambahnya korban para dokter dan medis lainnya,” jelasnya.
Adapun nama dokter IDI yang gugur karena virus korona saat ini mencapai 20 orang, mereka adalah:
1. Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M. Med. Sc, Ph.D (GB FK UGM-IDI Cab. Yogyakarta).
2. Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisna, MHSc (GB Epidemuologi FKM UI-IDI Cab. Jakarta Timur).
3. dr. Bartholomeus Bayu Satrio Kukuh Wibowo (IDI Cab. Jakarta Barat).
4. dr. ExsenvenyLalopua, M. Kes (Dinkes Kota Bandung-IDI Cab. Bandung).
5. dr. Hadio Ali, Sps (Perdossi DKI Jakarta-IDI Cab. Jakarta Selatan).
6. dr. Djoko Judodjoko, Sp. B (IDI Cab. Kota Bogor).
7. dr. Adi Mirsaputra, Sp. THT (IDI Cab. Kota Bekasi).
8. dr. Laurentinus P., Sp. Kj (RSJ dr. Soeharto Herdjan-IDI Cab. Jakarta Timur).
9. dr. Ucok Martin, Sp. P (Dosen FK USU-IDI Cab. Medan).
10. dr. H. Efrizal Syamsudin, MM (Direktur RSUD Prabumulih-IDI Cab. Prabumulih).
11. dr. Ratih Purwarini (Direktur RS Duta Indah Jakut-IDI Cab. Jakarta Timur).
12. Laksamana TNI (Purn) dr. Jeane PMR Winaktu, SpBS (mantan Kadiskesal RSAL dr. Mintohardjo-IDI Cab. Jakarta Pusat).
13. Prof. DR. dr. Nasrin Kodim, MPH (Guru Besar Epidemiologi FKM-UI).
14. dr. BernadetteAlbertineFrancisca T, Sp. THT-KL (IDI Cab. Makassar).
15. Dr. dr. Lukman Shebubakar, Sp.OT(K), Ph.D (IDI Cab. Jaksel)
16. dr. Ketty Herawati Sultana (IDI Cab. Tangerang Selatan).
17. dr Heru Sutantyo (UNDIP).
Adapun, dokter gigi yang gugur karena COVID-19:
1. drg. Umi Susana Widjaja, Sp. PM.
2. drg. Yuniarto Budi Santosa, MKM.
3. drg. Amutavia P. Artsianti, Sp. Ort. (Bie)
Editor: Bobby