Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) Syaiful Bahri Anshori prihatin atas jatuhnya korban jiwa dalam bentrokan antara anggota TNI dan Polri di Kabupaten Mamberamo Raya, Papua pada Minggu (12/4/2020).
Bentrokan itu melibatkan oknum anggota Satgas Pamrahwan Yonif 755/20/3-Kostrad dengan anggota Polres Mamberamo Raya, di Jalan Pemda I, Kampung Kasonaweja, Distrik Mamberamo Tengah.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Polisi Ahmad Musthofa Kamal mengatakan, pertikaian itu terjadi karena salah paham. Akibat pertikaian itu, tiga polisi meninggal. Dua polisi lain menderita luka tembak.
“Saya sebagai Anggota Komisi I DPR RI dan atas nama rakyat yang saya wakili merasa prihatin dengan bentrokan tersebut. Mudah-mudah ini menjadi bentrokan yang terakhir,” ujar Syaiful Bahri Anshori berharap dalam keterangan tertulisnya, Senin (13/4/2020).
Seharusnya, lanjut dia, para prajurit TNI/Polri itu berpikir bahwa bangsa Indonesia sekarang ini mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan dan memerlukan keterlibatan semua komponen bangsa, terutama TNI/Polri. Bukan justru sebaliknya bentrok dengan menggunakan senjata.
Sebab itu, Syaiful Bahri minta agar aparat hukum, baik yang ada di TNI maupun Polri, harus bertindak tegas kepada oknum yang berkelahi tersebut. “Kepada Kapolri dan Panglima TNI, harus berani menindak tegas terhadap prajuritnya yang salah,” katanya.
Legislator dari daerah pemilihan Jawa Timur IV (Lumajang, Jember) ini memaparkan dua hal yang harus menjadi bahan evaluasi dan perhatian bersama atas bentrokan ini.
Pertama, dengan seringnya kehadiran-kehadiran yang sangat memalukan ini, perlu lebih ketat dalam rekruitmen prajurit TNI dan Polri. Sehingga dengan pengetatan rekruitmen, akan lahir prajurit yang punya integritas dan mencintai profesi seorang prajurit TNI/Polri.
Kedua, low enforcement (penegakan hukum) harus betul-betul di tegakkan di dua lembaga tersebut. “Jangan ditolelir prajurit-prajurit yang tidak disiplin, jangan malah naik pangkat, karena satu peluru bagi seorang prajurit itu sangat berarti. Jangan di gunakan sembarang,” tuturnya.
Catatan terakhir mantan Wakil Ketua Pansus RUU Terorisme ini mengusulkan foto-foto seperti zaman Kapolri Tito Karnavian bersalaman dengan Panglima TNI Hadi Tjahjanto perlu ditingkatkan kembali untuk di sosialisasikan. Tentu dengan Kapolri yang sekarang Idham Azis.
“Mudah-mudahan dengan politik simbol perdamaian seperti itu akan membuat Prajurit TNI/Polri semakin damai dan tenang dan tentunya masyarakat juga menjadi tenang,” pungkasnya. (Bie)
Editor: Bobby