SUNGAILIAT, JURNALBABEL.COM– Yayasan Tunas Karya (YTK) menggelar Rapat Kerja (Raker) Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) 2019 yang diselenggarakan di Auditorium Depati Amir Hotel Tanjung Pesona, Sungailiat, Bangka pada tanggal 5-10 November 2018.
Ketua Pembina YTK, Mgr. DR. Adrianus Sunarko, OFM yang berhalangan hadir membuka Raker tersebut karena sedang mengikuti Sidang Tahunan Konferensi Wali Gereja Indonesia di Bogor lewat sambutan tertulis yang dibacakan Romo FX. Hendrawinata menegaskan, dalam menghadapi dunia modern yang bergerak sangat cepat, para Romo, Suster dan praktisi dunia pendidikan di lingkungan YTK, harus terus meningkatkan mutu akademis serta terampil menemukan metode-metode pendidikan yang baru khususnya berkaitan dengan era digital.
“Saya tidak memiliki resep yang sudah jadi tentang itu semua. Yang dapat saya garis bawahi adalah sikap dasar yang perlu dimiliki untuk menghadapi aneka perubahan yang pesat itu. Kita semua yang terlibat dalam karya pendidikan dan persekolahan di Yayasan Tunas Karya perlu senantiasa memelihara semangat pembaruan, kesediaan untuk terus belajar. Jangan sampai kita berhenti mencari. Tantangan jaman kita hanya dapat dihadapi dengan terus menerus mau be|ajar dan mencari cara-cara baru agar peserta didik jaman modern ini sungguh dapat dilayani dengan baik,” pinta Uskup dalam sambutannya.
Menurut Uskup Adrianus, dalam rangka memelihara semangat pembaruan tersebut, para guru dan Kepala Sekolah hendaknya tidak segan-segan membangun kerjasama dengan berbagai lembaga lain yang bergerak di bidang pendidikan dan persekolahan, entah itu lembaga dari keuskupan lain maupun dari tarekat-tarekat religius.
“Sejauh saya tahu, Gereja Katolik Indonesia cukup memiliki banyak kelompok yang bergerak di bidang pendidikan ini. Dan mereka juga terus berusaha memperbaharui diri, mencari dan menemukan cara dan metode-metode baru yang memungkinkan mereka terus eksis,” jelasnya.
Menurut monsegniur, dalam sinode para uskup bulan oktober lalu, diingatkan juga agar sekolah-sekolah katolik tidak hanya memberikan informasi (pengetahuan) tentang banyak hal, tetapi juga memberikan formasi (pembinaan kepribadian) kepada orang-orang muda (peserta didik-red).
“Berbagai upaya formatif pembentukan kepribadian kiranya sudah diupayakan juga di sekolah-sekolah kita. Silahkan meneruskannya. Saya hanya hendak mengingatkan bahwa pembentukan kepribadian itu terjadi tidak tertutup melainkan terbuka dalam konteks masyarakat yang lebih luas,” pungkasnya. (SHL)
Editor: Stef Lopis