Jakarta, JurnalBabel.com – Pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, tidak akan menang satu putaran apabila Presiden Jokowi tidak turun tangan ikut mengkampanyekan. Bahkan, apabila Pilpres 2024 berlangsung dua putaran, paslon nomor urut 2 ini sulit menang.
Demikian dikatakan oleh pakar komunikasi politik, Hendri Satrio, menanggapi pernyataan Presiden Jokowi di Pangkalan TNI AU Halim, Jakarta, Rabu (24/1/2024), yang menyebut presiden hingga menteri boleh berkampanye dan memihak dalam pemilu. Namun Jokowi mengatakan pejabat yang berkampanye tak boleh menggunakan fasilitas negara. Dia juga menegaskan menteri juga bisa berkampanye dan memihak.
“Walaupun dia (Jokowi) menyatakan dengan embel-embel selama tidak menggunakan fasilitas negara, gimana caranya tidak menggunakan fasilitas negara? Emang dia mau jalan kaki sendirian atau berdua dengan ibu Iriana atau dia setir mobil sendiri mengkampanyekan mas Gibran? Kan kita juga nggak rela. Kita sayang sama pak Jokowi. Pak Jokowi harus terus dikawal,” kata pria yang biasa disapa Hensat ini saat diwawancarai wartawan, Rabu (24/1/2024).
Pendiri Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKopi) ini pun tidak ingin hanya karena sosok Prabowo yang sudah dikalahkan Jokowi dua kali pada Pilpres 2014 dan 2019, Jokowi mengesampingkan keamanan dirinya yang merugikan negara.
Sebab itu, Hensat meminta Presiden Jokowi menjadi tokoh yang bisa diteladani oleh rakyat dan sejarah.
“Jadi selama ini dia (Jokowi) mengatakan netral, itu sudah benar banget, tapi itu memang haknya dia sebagai warga negara, sebagai ayahnya Gibran untuk membantu anaknya,” ujarnya.
Atas hal itu, Hensat menyarankan untuk tetap bisa menggunakan fasilitas negara, Presiden Jokowi cuti, sehingga bisa tetap dikawal saat mengkampanyekan Prabowo -vGibran.
“Walaupun dia (Jokowi) belum bilang bahwa dia akan berkampanye untuk Prabowo – Gibran, tapi dengan gestur kemudian dengan fakta, pertama dia berbicara disampingnya ada Prabowo. Kedua, dia ayahnya Gibran. Ketiga, dia memang harus all out tidak ada dua putaran apalagi kalah,” jelasnya.
Menurut Hensat, Presiden Jokowi sudah banyak berkorban untuk mendukung Prabowo – Gibran. Yakni Mahkamah Konstitusi dikorban, Gibran mendapat julukan Syamsul dan Jokowi mendapat gelar alumni yang paling memalukan dari UGM.
“Saya sih menilainya apa yang disampaikan pak Jokowi itu saya dari dulu sudah memperkirakan bahwa dia akan turun ke lapangan, tapi saya tidak menyangka bisa menggunakan simbol-simbol setegas ini bahwa dia akan turun tangan,” pungkasnya.
(Bie)