Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi VII DPR, Sartono Hutomo, menyatakan, perlu adanya keseriusan pemerintah dalam mengkampanyekan alat transportasi ramah lingkungan melalui sebuah kebijakan. Pasalnya, saat ini penggunaaan kendaraan motor di Indonesia masih sangat dominan.
Salah satu contohnya, kata Kepala Departeman Perekonomian DPP Partai Demokrat ini, dengan melakukan hilirisasi bahan baku utama untuk kendaraan listrik.
“Perlu ada keseriusan dalam bentuk kebijakan untuk melakukan hilirisasi bahan baku utama kendaraan listrik,” kata Sartono Hutomo, kemarin.
Sartono menekankan, pentingnya insentif investasi agar pabrik transportasi berbasis listrik dapat masuk ke Indonesia. Hal ini agar masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi target pasar semata.
“Agar masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi target pasar semata dalam kampanye dan perubahan transportasi ramah lingkungan, pemerintah perlu serius memberi Insentif Investasi demi pabrik (transportasi) listrik masuk ke Indonesia,” ujarnya.
Sartono menegaskan, jika memang serius dalam isu perubahan iklim hingga kampanye transportasi ramah lingkungan seharusnya yang dielektrifikasi ialah kendaraan dinas itu sendiri.
“Harusnya yang pertama dielektrifikasi adalah kendaraan- kendaraan dinas dari Pemerintah itu sendiri,” tuturnya.
Termasuk, kata Sartono, soal pentingnya menggalakkan penggunaan sepeda sebagai moda transportasi alternatif.
Diketahui, penggunaan kendaraan bermotor yang dominan tidak sejalan dengan misi menekan dampak perubahan iklim yang Indonesia inginkan di G20. Pemerintah didorong lebih serius mengampanyekan penggunaan moda transportasi ramah lingkungan.
Hal itu dikatakan Ketua Bike To Work (B2W) Indonesia Fahmi Saimima menjelang perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia.
Ia menambahkan, perhatian dunia saat ini tengah berada di Indonesia. Sebagai simbol negara, sudah sepatutnya ketika Presiden Joko Widodo memakai jaket bertuliskan G20 maka citra misi agenda tersebutlah yang ia bawa.
Adapun tiga esensi besar yang ada dalam agenda Presidensi G20, yakni keberlanjutan penanganan pandemi, keberlanjutan ekonomi dan energi yang lestari.
“Tentunya tidak pas seorang simbol negara melakukan branding G20 dengan memakai sepeda motor. Padahal di esensi ketiga ada keberlanjutan energi yang lestari dan motor bukan solusi,” ujar dia, Rabu (16/2/2022).
(Bie)