Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi III DPR RI Fraksi PKB, Mohammad Rano Alfath, meminta Polri semakin masif memberantas judi online.
Rano mengapresiasi upaya yang telah dilakukan aparat penegak hukum selama ini.
Namun, menurutnya, kejahatan judi online kini semakin mengkhawatirkan, semisal berani menggunakan jasa endorse figur publik untuk promosi, yakni Wulan Guritno.
“Saya minta usaha Polri lebih dimasifkan lagi, tanpa ampun lakukan pemblokiran dan proses hukum semua pihak yang terlibat mulai bandar, agen, pelaku, dan bekingan-bekingan para judol, termasuk public figure yang memang diduga turut mempromosikan, seperti Wulan Guritno,” kata Rano kepada wartawan, Rabu (6/9/2023).
Rano mengatakan rakyat memonitor sejauh mana komitmen dan upaya pemberantasan judi online ini.
Dia mengajak Polri untuk menunjukkan kehadiran negara menghadapi kejahatan judi online.
“Rakyat sudah pasti monitor, kita tunjukkan negara hadir untuk melindungi mereka dari kejahatan finansial ini,” ucap dia.
“Saya mengapresiasi berbagai upaya yang telah dilakukan instansi terkait, seperti pemblokiran situs-situs yang disinyalir merupakan judi online. Namun sekarang situasinya sudah semakin genting dan butuh perhatian lebih lanjut,” tambah Rano.
Rano menilai kejahatan judi online menggerogoti masyarakat, di mana mengakibatkan mereka yang kalah menjadi depresi, terlilit utang, bahkan nekat mengakhiri hidup.
“Judi online ini bagaikan penyakit yang menggerogoti masyarakat kita dari dalam, banyak orang depresi dan bunuh diri akibat kejahatan luar biasa ini,” ucap Rano.
Rano lalu mengutip data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang menunjukkan transaksi judi online mencapai hampir Rp 200 triliun. Dia prihatin figur publik diduga turut mempromosikan judi online ini.
“Rp 200 triliun ini angka luar biasa dan nggak main-main, dan yang paling memprihatinkan adalah endorse-nya justru datang dari kalangan artis-artis terkenal, influencer dan public figure yang jelas-jelas bisa mempengaruhi masyarakat karena memiliki jaringan follower atau pengikut yang jumlahnya besar. Masyarakat, baik yang mengidolakan mereka maupun tidak, melihat hal ini sebagai peluang untuk mendapatkan uang dengan instan, padahal itu jelas sudah diatur diakali,” terang Rano.
(Bie)