Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi XI DPR Fauzi Amro menyoroti tiga tugas pokok dan fungsi Bank Indonesia atau BI. Mulai dari penguatan rupiah, nilai suku bunga dan pertumbuhan ekonomi.
Dari sisi penguatan rupiah, Fauzi Amro mengapresiasi kinerja BI yang dalam 2-3 bulan belakangan ini mampu menjaga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dibawah Rp 15.0O0. Posisi terakhir nilai tukar rupiah diangka Rp 13.600.
“Artinya iklim investasi bagus bahwa ada kepastian dari pemerintah. Utamanya BI untuk penguatan rupiah tidak perlu khawatir. Kita minta pada BI penguatan rupiah ini harus dijaga,” ujar Fauzi Amro di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/1/2020).
Dari sisi suku bunga yang disampaikan BI berada pada 5,1 – 5,5 persen. Lalu BI keluarkan suku bunga 5-7 persen. Fauzi Amro melihat bahwa BI dalam mengambil keputusan suku bunga tidak buru-buru. Mengingat, cara internal respon perbankan yang masuk enggan mengikuti acuan BI.
“Artinya, secara eksternal kecendrungan bank-bank menahan acuan suku bunga, lantaran target dan laju inflasi sesuai target. Disini BI harus hati-hati,” katanya.
Selanjutnya dari sisi pertumbuhan ekonomi, politisi Partai Nasional Demokrat (NasDem) ini mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2019 diproyeksikan pada angka 5 – 5,1 persen dan di 2020 berada pada 5,1 – 5,5 persen.
Untuk mencapai di angka 5,5 persen, kata Fauzi Amro, cara dengan tiga hal diatas yakni penguatan nilai rupiah, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi.
Dengan sorotan tiga hal di atas, anggota Badan Urusan Rumah Tangga atau BURT DPR ini mendorong Program Bank Indonesia kedepan sebaiknya terus mendorong inovasi digital untuk membangun ekosistem yang sehat guna memandu perkembangan ekonomi dan keuangan digital di Indonesia.
Kedua, BI juga harus mendukung tumbuh kembang startup (usaha rintisan) di tanah air agar pertumbuhan startup bisa berpengaruh positif bagi stabilitas ekonomi kita.
“Programnya bisa dalam bentuk bantuan permodalan, dan penguatan kapasitas serta pengembangan ekosistem startup sendiri serta fasilitasi antara pelaku startup dengan inkubator atau investor, sehingga startup di Indonesia terus berkembang,” paparnya.
Ketiga, BI harus mempermudah akses permodalan bagi UMKM di perbankan, termasuk program BI untuk memperkuat UMKM juga terlalu ribet administrasinya.
“Usahakan semudah mungkin syaratnya agar layanan-layanan BI bisa dirasakan manfaatkan oleh para pelaku UMKM baik punya kelompok maupun yang perorangan,” tutup legislator asal Sumatera Selatan ini. (Bie)
Editor: Bobby