PANGKALAN BARU, JURNALBABEL.COM– Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Dinkes Babel) menaruh apresiasi tinggi kepada Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (PERDHAKI) yang telah menginisiasi terselenggaranya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) bagi para fasilitator yang berasal dari beberapa gereja katolik di Pulau Bangka.
“Kami dari Dinkes Babel sangat bersyukur karena terbantu dengan adanya sosialisasi bagi para fasilitator yang berperan menyebarkan informasi serta menggerakan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri,” kata perwakilan Dinkes Babel, Itsnataini, di Hotel Soll Marina Pangkalanbaru, Kamis 15 November 2018.
Itsnataini ketika menyampaikan materinya tentang ‘Strategi Penggerakan Masyarakat Dalam Penurunan Stunting’ mengajak PERDHAKI dan dan peserta sosialisasi yang hadir untuk bergerak bersama menurunkan stunting di Provinsi Babel.
“Ini masalah besar dan butuh kerjasama yang besar pula dalam menanggulanginya. Ayo bersama kita berjuang menurunkan stunting karena kalau mau menghilangkan agak susah memang. Tapi kalau kita bekerja sama, kami yakin salah satu program pemerintah pada 2030 yakni mencapai target mengakhiri segala bentuk malnutrisi serta penurunan stunting dapat terwujud,” imbuh Itsnataini.
Lebih jauh ia mengingatkan, persoalan stunting bisa dicegah dengan pelayanan yang baik selama 1.000 hari pertama kehidupan yang dimulai dari usia kehamilan sampai usia dua tahun.
“1.000 hari pertama kehidupan itu sangat menentukan dan orang tua terutama kaum ibu bisa menangani stunting dengan stimulasi pengasuhan dan pendidikan berkelanjutan yang baik,” jelasnya.
Guna mencegah meningkatnya stunting di Babel, Dinkes Babel juga telah berperan meningkatkan layanan kesehatan di Faskes primer antara lain, untuk ibu hamil yaitu meningkatkan akses dan kualitas pemeriksaan kesehatan selama masa kehamilan.
Menurut Itsnataini, persoalan stunting disebabkan oleh praktek pengasuhan yang tidak baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses ke makanan bergizi, serta kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
Adapun akibat bagi penderita stunting ialah gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus dan daya tahan rendah) gangguan perkembangan kognitif (nilai sekolah kurang baik), dan gangguan metabolisme tubuh (beresiko gemuk dan terkena penyakit menular).
Untuk diketahui, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar kementrian kesehatan 2013 prevalensi stunting di Babel tertinggi di dua Kabupaten, yakni Bangka Barat dan Bangka.
Pada tahun 2015 misalnya, angka ini berjumlah 18,9 persen, sedangkan 2016 mencapai 21,9 persen, dan 2017 meningkat menjadi 27,3 persen.