PANGKALPINANG, JURNALBABEL.COM– Masalah stunting menjadi ancaman bagi Indonesia dan juga Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), karena anak stunting tidak hanya terganggu pertumbuhan fisik tapi juga pertumbuhan otak. Efeknya, SDM menjadi tidak produktif yang berdampak pada terganggunya kemajuan daerah dan negara.
Untuk mengatasi persoalan stunting, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional perwakilan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (BKKBN Babel) terus memperkuat program pembangunan keluarga melalui BKB.
“Upaya kita di BKKBN untuk mendukung agenda prioritas penurunan stunting di Babel yakni melakukan penguatan program pembangunan keluarga melalui program BKB, yakni penyuluhan bagi orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam mengasuh dan membina tumbuh kembang anak melalui kegiatan stimulasi fisik, mental, intelektual, emosional, spiritual dalam rangka menyiapkan generasi emas,” jelas Kepala Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Babel, Fazar Supriadi, SH saat menyampaikan materinya terkait penanggulangan stunting dalam acara pembinaan kehumasan melalui IPKB, Rabu (14/11-2018).
Menurut Fazar, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Stunting mengakibatkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.
“Anak stunting cenderung punya fisik lebih pendek dibanding anak seusianya, kecerdasan rendah, rentan terhadap penyakit tidak menular seperti kencing manis dan hipertensi di usia dewasa,” jelasnya dengan gayanya yang jenaka.
Sementara penyebab stunting diantaranya, pola asuh kurang baik, terbatasnya layanan kesehatan sejak dari ibu hamil, kurangnya akses makanan bergizi, kurangnya air bersih dan sanitasi misalnya, jamban, cuci tangan dan sebagainya.
Fazar mengingatkan, stunting merupakan persoalan serius yang jika tidak diantisipasi akan berdampak buruk bagi keluarga dan negara.
“Stunting ini dampaknya tidak hanya dialami dalam keluarga tapi dalam konteks lebih luas ialah menghambat pembangunan dan peluang menjadi negara Indonesia maju. Karena itu, mari bersama kami di BKKBN kita atasi dengan mengedukasi masyarakat kita terutama ibu-ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi usia 0-24 bulan, konsumsi gizi seimbang, dan memiliki sanitasi yang baik,” ajak Fazar.
Seperti diketahui, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar kementrian kesehatan 2013 prevalensi stunting di Babel tertinggi di dua Kabupaten, yakni Bangka Barat dan Bangka.
Pada tahun 2015 misalnya, angka ini berjumlah 18,9 persen, sedangkan 2016 mencapai 21,9 persen, dan 2017 meningkat menjadi 27,3 persen.