Jakarta, JurnalBabel.com – Kepala Museum Basoeki Abdullah, Maeva Salmah, menyatakan setelah melalui proses yang panjang sejak diumumkan pada Maret 2019, animo dan apresiasi dari masyarakat khususnya para perupa muda akan kompetisi Basoeki Abdullah Art Award (BBAA) #3 Re-Mitologisasi sangatlah baik.
“Bagi Museum Basoeki Abdullah ini merupakan kesempatan untuk membuat peristiwa seni rupa yang mengundang berbagai seniman muda dari berbagai daerah Indonesia dan ditampilkan dalam sebuah wadah yang bernama Kompetisi Basoeki Abdullah Art Award yang ketiga dengan tema Re-Mitologisasi,” kata Maeva Salmah dalam konferensi pers di Fx Sudirman, Jakarta, Selasa (24/9/2019).
Menurut Salmah, kompetisi ini merupakan wadah penyebaran informasi yang dilaksanakan oleh Museum Basoeki Abdullah untuk menempatkan Basoeki Abdullah tetap menjadi sumber inspirasi bagi para pelukis Indonesia secara umum ataupun generasi pelukis muda khususnya. Terutama tema-tema yang diusung oleh pelukis Basoeki Abdullah yang tidak pernah lekang oleh waktu untuk dikerjakan dengan berbagai perkembangannya.
Lebih lanjut Salmah menjelaskan kegiatan tiga tahunan ini menjadi bagian penting dalam agenda Museum Basoeki Abdullah untuk menghargai peran pelukis Basoeki Abdullah dalam mempejuangkan seni lukis Indonesia di pergaulan seni budaya Indonesia. Atas perannya tersebut beliau mengharumkan bangsa Indonesia
melalui karya-karya seni lukisnya.
“Kedepannya agenda ini diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam perkembangan seni di Indonesia dengan cara melahirkan seniman-seniman muda
yang berkualitas,” harapnya.
Sejak sosialisasi BAAA #3 pada bulan April hingga Agustus 2019, terjaring sebanyak 263 judul karya para perupa usia 17-30 tahun dari sejumlah 219 peserta di Indonesia. Sejumlah lukisan tersebut mengisi hampir di semua lini sub-kurasi.
Menariknya, kata Salmah, medium yang dipakai oleh sejumlah peserta bervariasi, mulai dari karya lukisan, patung, fotografi, hingga instalasi.
Pada program ini, sebut Salmah, perbedaan medium menjadi tantangan tersendiri bagi para juri. Setelah melihat dari jumlah karya peserta, terseleksi sebanyak 40 karya, padahal semula hanya diagendakan 20 nominator. “Setelah terseleksi 40 judul karya, maka dipilihlah 5 karya terbaik versi juri,” ujarnya.
Tim Juri pada kompetisi kali ini berasal dari latar belakang berbeda, mulai dari akademisi, pengamat, pencinta dan pelaku dunia seni. Adapun nama-nama tersebut antara lain adalah: Rikrik Kusmara dari FSRD ITB Bandung, Djuli Djatiprambudi dari Universitas Negeri Surabaya, Mikke Susanto dari ISI Yogyakarta, serta praktisi seni dan juga kurator dari Jakarta, Irawan Karseno dan Amir Sidharta.
“Kelima juri telah memutuskan lima karya terbaik dari keseluruhan nominasi. Adapun 40 karya peserta yang masuk nominasi akan dipamerkan selama satu bulan penuh di Museum Basoeki Abdullah dari tanggal 25 September sampai dengan 25 Oktober 2018,” tuturnya.
Salmah mengungkapkan, Re-Mitologisasi menjadi tema yang dipilih karena mitos memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Tidak hanya dianggap atau diartikulasi sebagai sebuah kepercayaan khayali yang menyandera hidup manusia. “Mitos tidak sekadar berfungsi sebagai impian dan fantasi. Mitos secara nyata telah dianggap mengawali sejarah pemikiran. Seperti halnya agama, mitos butuh kepercayaan penuh untuk menghidupkan berbagai hal diantara kita,” jelasnya.
Mikke Susanto menambahkan, tema yang diusung dalam program kali ketiga ini mengungkap ekspresi yang berasal dari karya-karya Basoeki Abdullah, utamanya karya-karya yang bertema atau berseri mitologi. Sejumlah lukisan seperti Djoko Tarub, Nyi Roro Kidul, Dewi Sri, maupun yang berasal dari dunia pewayangan adalah beberapa contoh di antaranya.
“Kesemua lukisan tersebut telah memenuhi berbagai kriteria baik secara estetik maupun dari sisi pemikiran yang terkait dengan konsepsi mitologi sebagai bagian dari identitas kebangsaan kita,” kata Mikke Susanto.
Menurut Mikke, dalam konteks hari ini mitologi masih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Indonesia. Bukan hanya mitos tentang kehidupan masyarakat tradisional, tetapi juga mitos-mitos kontemporer yang bertebaran. Di bidang politik, ekonomi, sosial, agama, hingga budaya, mitologisasi telah menjadi atmosfir yang kental, apalagi tahun 2019 merupakan tahun ambang
berbagai kepentingan, diantaranya Pemilu.
Terpisah, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid, menyebutkan bahwa Basoeki Abdullah Art Award telah memberikan ruang kepada peserta seniman muda dari berbagai daerah di Indonesia di tengah-tengah minimnya kompetisi serupa bagi generasi muda. Bakat dan ide kreatif mereka telah diuji melalui proses kreatif dalam sebuah kompetisi yang mempunyai tingkat daya saing serta daya tahan yang lebih beragam.
“Saya ucapkan selamat kepada peserta yang terpilih dari proses panjang tersebut. Terutama lima karya terbaik yang mewakili 263 karya yang datang dari seluruh pelosok negeri. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia tidaklah pernah kehabisan generasi kreatif untuk meneruskan semangat pelukis Basoeki Abdullah,” ujar Hilmar Farid.