JurnalBabel.com—Siang itu, Sabtu 6 Juli 2019, cuaca panas menyengat kota paling timur di pulau Flores. Kota itu tak lain, adalah kota Larantuka. Kota yang kerap disebut “Vatikan Indonesia” ini sesungguhnya adalah pusat Kabupaten Flores Timur. Tetapi kesibukan ilmiah tetap menghiasi dan kembali merasuki wajah segenap Civitas Akademika Institut Kelautan dan Teknologi Larantuka (IKTL) Waibalun. Pasalnya, bertempat di Auditorium utama satu-satunya Perguruan Tinggi di Larantuka itu, berlangsung acara peluncuran buku WAJAR ADANYA KATA karya Romo Stefan Kelen, M.IKom, Pr. Buku ini merupakan buku kedua, setelah buku yang berjudul Tak Hanya Diam, yang diterbitkan beberapa tahun lalu.
Romo Stefan, yang mengaku sebagai pengagum Band Padi ini, dalam kesehariannya adalah eorang imam Praja Keuskupan Pangkalpinang. Ternyata, ia begitu peduli terhadap realitas kehidupan sosial politik yang terjadi di tengah arus globalisasi dewasa ini. Sebagai seorang imam, beliau sadar juga akan tugas profetisnya sebagai seorang nabi masa kini yang mau tidak mau harus terjun dan terlibat bersama umat dalam menghadapi gejolak dunia dewasa ini.
Lebih dari sekedar judul, kata-kata dalam buku “Wajar Adanya Kata” merupakan ekspresi kesadaran profetisnya. Hidup ini sesuatu yang wajar dan nyata. Kita tidak mampu memahami dunia tanpa menjadi pelaku di dalamnya. Manusia menjadi subyek utama sejarah untuk memunculkan harapan dan peluang.
Manusia itu pelaku tetapi tentu bukanlah tuan atas waktu. Bumi tempat kita berpijak membentuk kita untuk bisa kandas atau hanya bisa berhasil karena kekuatan senjata, orang ramai dengan kekayaan. Dan satu kekuatan yang kita miliki harus terucap melalui kata-kata yang wajar dan beretika.
Peluncuran buku karya Romo Stefan ini dilanjutkan dengan diskusi ilmiah dan telaah singkat buku “Wajar Adanya Kata” dengan menghadirkan dua narasumber yaitu Pater Dr. Andreas Atawolo, OFM dan Vinsensius C. Lemba, S.Fil MPd, rektor IKTL Waibalun. Romo Andreas Atawolo mengapresiasi karya ini dan lebih lanjut menegaskan bahwa sebagai seorang imam dewasa ini, Romo Stefan sadar akan keterpanggilannya sebagai seorang imam dan nabi yang hidup di tengah Gereja sebagai sebuah persekutuan atau koinonia.
Romo Stefan tidak tinggal diam tetapi ikut aktif dan berpartisipasi dalam tugasnya sebagai pelayan gereja. Beliau telah mengambil peran dalam Trinumera Kristus yaitu menjadi nabi, imam dan raja yang selalu terpanggil untuk peduli terhadap dunia dan umat. Romo Stefan selalu terpanggil untuk senantiasa berjuang bersama kaum miskin dan yang terpinggirkan.
Selanjutnya, Vinsensius Lemba, Rektor IKTL, juga mengapresiasi penulis karena kepedulian dan keberpihakan melalui suara dan seruan profetisnya. Karya Romo yang mengaku SobatPadi ini, aktual dan punya kontribusi untuk dunia pendidikan dewasa ini. Kata “Rumah” dalam karya Romo Stefan ini dikontradiksikan dengan istana. Menurutnya, sekolah harus jadi ruang ekspresi kemerdekaan. Oleh karena itu maka moralitas guru serta kualitas iman seorang guru harus tanpa pamrih, demokratis.
Kegiatan diskusi ini dimoderatori oleh bapak Benyamin Tukan. Sebagian peserta yang hadir diantaranya para alumni Seminari San Dominggo (Sesado) Hokeng Hokeng, Romo Dr Gius Lolan, Pr, Pater Agus keraf, SVD dan juga Silvester Witin, S.Fil.
Semuanya memberikan apresiasi dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Romo Stefan karena memberikan sumbangan pemikiran ilmiah untuk generasi milenial dan juga khusus untuk para politisi dan pemerintah dewasa ini di Lewotanah Flores Timur untuk senantiasa berpikir bijaksana dan berkata baik dan jujur melalui kebijakan-kebijakan strategis yang pada prisipnya harus berpihak pada masyarakat banyak atau bonum comune. Kata-kata yang wajar adalah senjata bagi setiap kita untuk berkiprah di dalam tatanan dunia ini.
Bupati Flores Timur Mengapresiasinya
Mengacu pada rencana panitia, Bupati Flores Timur, Antonius Heribertus G Hadjon, ST menjadi keynote speaker dalam diskusi itu. Tetapi orang nomor satu di Flotim ini tidak bisa menghadiri diskusi ini karena ada tugas pemerintahan yang tidak bisa ditunda.
Selasa, 9 Juli 2019, Bupati yang juga politisi PDIP ini mengundang Romo yang menyelesaikan Studi Magister Komunikasi Media dan Politik di Universitas Mercu Buana Jakarta ini, ke Rumah Jabatan Bupati.
“Saya mengucapkan apresiasi atas peluncuran buku Romo,” kata Bupati Flotim kepada penulis bukut itu. “Ke depan, saya berharap Romo bisa melakukan riset-riset komunikasi politik di tingkat desa yang ada wilayah Kabupaten Flores Timur ini dan membukukannya,” pesan Bupati yang mengaku mengenal baik aliran politik Romo Praja Keuskupan Pangkalpinang yang satu ini. (Sil W/sumber: LARANTUKANEWS.COM)