Jakarta, JurnalBabel.com – Kebakaran hutan dan lahan atau karhutla terjadi di sejumlah daerah di Indonesia saat ini. Peristiwa karhutla sendiri melanda sejumlah provinsi di Indonesia, antara lain di Kalimantan Tengah (Kalteng), Sumatra Selatan dan sebagian di Kalimantan Selatan atau Kalsel.
Pemerintah provinsi Kalteng telah menetapkan status tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama 10 hari. Keputusan penetapan status tanggap darurat ini diambil oleh Gubernur Kalteng Sugianto Sabran.
Anggota Komisi IV DPR, Bambang Purwanto, menilai keputusan Gubernur Kalteng menetapkan status tanggap darurat kebakaran hutan sudah tepat. Pasalnya, Kalteng memiliki wilayah gambut yang cukup luas.
“Mengingat Kalteng memiliki gambut yang cukup luas ketika kemarau harus cepat dalam mengantisipasi karhutla, apalagi sudah ada yang terbakar harus segera dinyatakan darurat agar bantuan dari pusat bisa segera membantu daerah untuk mengatasi terjadinya bencana karhutla. Bantuan Pusat bisa segera turun kalau daerah sudah menetapkan kondisi darurat,” kata Pakde sapaan akrab Bambang Purwanto kepada wartawan, Jumat,(6/10/2023).
Legistor dari Dapil Kalteng ini meminta agar daerah yang memiliki potensi gambut luas dapat waspada saat musim kemarau tiba. Sikap waspada, tegas Pakde, harus dikedepankan terutama di wilayah Kalteng yang memang memiliki gambut luas.
“Mencermati kondisi alam yang punya potensi karhutla masing-masing daerah, tentu ada dana cadangan yang disiapkan untuk kondisi darurat dan juga sudah punya tim karhutla yang sudah lama dibentuk, sehingga perlu digerakan untuk menghadapi karhutla utamanya daerah yang rawan terjadi karhutla,” jelasnya.
Politikus senior Partai Demokrat ini berharap, pemerintah pusat saat daerah menetapkan status tanggap darurat dapat segera membantu mengatasi karhutla. Caranya, apakah dengan membuat hujan buatan ataukan water bombing.
“Tidak boleh lengah tetapi karena beberapa tahun ini potensi hujan tinggi dan tiba-tiba kemarau, takutnya masing-masing daerah lengah sehingga tingkat kewaspadaan juga lemah,” ujarnya.
Pakde mengaku telah memperingatkan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) untuk mempunyai strategi dalam pembasahan gambut saat musim kemarau tiba. Namun demikian, usulannya tersebut tidak pernah didengar oleh BRGM.
“Padahal wilayah gambut ini ketika terbakar sulit dipadamkan, menjaga lebih diutamakan agar tidak terbakar,” pungkasnya.
(Bie)