JurnalBabel.com – Globalisasi telah menjadi fenomena tak terelakkan yang membawa perubahan besar hampir di semua aspek kehidupan, mulai dari ekonomi, teknologi, hingga budaya.
Dunia kini terhubung lebih erat, menjadikan batas-batas geografis semakin kabur. Kemajuan ini menawarkan berbagai peluang, seperti akses yang lebih mudah terhadap informasi, teknologi, dan perdagangan global.
Namun, di sisi lain, globalisasi juga menghadirkan tantangan besar, terutama bagi negara dengan keberagaman tinggi seperti Indonesia.
Demikian disampaikan Anggota MPR RI Fraksi PKB, N.M. Dipo Nusantara Pua Upa, saat melaksanakan sosialisasi 4 pilar Kebangsaan di Kabupaten Nagekeo, tepatnya di Aula Desa Woewutu, Kec. Nagaroro, Jumat, 22 November 2024, yang mengangkat tema, “Menghadapi Tantangan Global dengan Nilai- nilai Bhineka Tunggal Ika”.
Acara yang dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat ini bertujuan untuk menguatkan kembali pemahaman dan implementasi Empat Pilar Kebangsaan sebagai landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dipo Nusantara juga menyampaikan sebagai bangsa yang terdiri dari ratusan suku, bahasa, dan agama, Indonesia menghadapi risiko gesekan sosial, polarisasi, dan hilangnya identitas budaya di tengah derasnya arus perubahan global.
Menurut Dipo, tekanan globalisasi sering kali memunculkan konflik antara nilai-nilai tradisional lokal dan budaya asing yang masuk tanpa filter. Misalnya, konsumsi budaya asing melalui media sosial dan teknologi sering kali menggerus nilai-nilai lokal yang menjadi fondasi kehidupan masyarakat Indonesia.
“Di tengah situasi ini, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika menjadi sangat relevan. Semboyan ini bukan hanya menjadi simbol persatuan, tetapi juga menawarkan filosofi mendalam tentang bagaimana kita bisa hidup berdampingan dengan damai di tengah perbedaan,” kata Dipo Nusantara.
“Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan bahwa keberagaman adalah anugerah yang harus dirawat, bukan ancaman yang harus dihindari,” tambah Dipo.
Lebih lanjut, Dipo Nusantara menyampaikan, menghadapi arus globalisasi, bangsa Indonesia tidak hanya dituntut untuk menjadi kompetitif di panggung dunia, tetapi juga harus mampu menjaga harmoni dan identitas kebangsaan yang telah menjadi ciri khasnya.
“Nilai-nilai yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika memberikan panduan bagaimana keberagaman dapat menjadi sumber kekuatan, bukan kelemahan,” ujar Dipo.
Dipo juga mengungkapkan, sejarah telah menunjukkan bahwa Indonesia berhasil melewati berbagai tantangan karena persatuan yang kokoh di tengah perbedaan.
“Semangat ini harus terus dilestarikan, terutama di era modern yang sarat dengan perubahan cepat dan tekanan global,” kata Dipo.
“Pendidikan, teknologi, peran pemerintah, serta kontribusi aktif masyarakat harus bersinergi untuk memastikan bahwa keberagaman budaya, agama, dan adat istiadat Indonesia tetap terjaga,” sambung Dipo.
Namun, kata Dipo, menjaga keberagaman saja tidak cukup. Indonesia juga perlu melangkah lebih jauh dengan menjadikan toleransi, persaudaraan, dan gotong royong sebagai nilai universal yang dapat menginspirasi bangsa-bangsa lain.
“Kita memiliki kesempatan untuk menunjukkan bahwa harmoni dalam keberagaman bukan hanya cita-cita, tetapi kenyataan yang dapat diwujudkan jika setiap elemen bangsa berkomitmen untuk bekerja sama,” pungkas Dipo.
Acara sosialisasi ini disambut dengan antusias oleh masyarakat yang hadir. Diskusi interaktif juga digelar, di mana masyarakat dapat bertanya langsung kepada Dipo Nusantara terkait peran DPR dalam menjaga nilai-nilai kebangsaan serta langkah konkret yang dilakukan pemerintah dalam mengimplementasikan Empat Pilar tersebut.
Salah satu peserta acara Amar Pua Mbey menyampaikan bahwa sosialisasi seperti ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran mereka dalam menjaga persatuan bangsa.
“Acara ini membuat saya lebih memahami bagaimana kita sebagai warga negara bisa berperan aktif dalam mempertahankan nilai-nilai yang telah diperjuangkan para pahlawan kita,” ujarnya.