Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi VI DPR RI, Amin Ak, mendukung program pembelian minyak jelantah dari masyarakat oleh PT Pertamina.
Program tersebut bertujuan mengolah minyak jelantah menjadi biofuel seperti Bioavtur (SAF) dan bahan bakar diesel nabati (HVO), sejalan dengan upaya transisi energi bersih dan implementasi ekonomi sirkular.
“Program ini tidak hanya mendukung transisi energi menuju masa depan yang lebih hijau, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi masyarakat,” ujar Amin dalam siaran persnya, Selasa (21/1/2025).
Dengan membeli minyak jelantah dari masyarakat, program ini berpotensi memberikan sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat sekaligus mengurangi limbah rumah tangga.
Konsumsi minyak goreng di Indonesia sangat tinggi, diperkirakan mencapai 16 juta ton per tahun, dengan sebagian besar digunakan oleh rumah tangga, restoran, dan industri makanan.
Dari setiap 1 liter minyak jelantah, sekitar 0,8–0,9 liter biodiesel dapat dihasilkan.
Jika hanya 30% dari konsumsi minyak goreng nasional dikumpulkan dan diolah menjadi biodiesel atau bioavtur, potensi produksinya dapat mencapai 4,8 juta kiloliter per tahun.
“Angka ini setara 37% kebutuhan biodiesel, kontribusi yang signifikan untuk mendukung kebutuhan energi terbarukan, khususnya di sektor transportasi,” beber Amin.
Wakil Ketua Fraksi PKS itu menekankan bahwa program ini memiliki banyak dimensi manfaat.
Dari sisi ekonomi, masyarakat memiliki peluang untuk menciptakan pendapatan baru dengan menjual minyak jelantah yang selama ini dianggap sebagai limbah.
Dari sisi lingkungan, pengolahan minyak jelantah menjadi biofuel dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan menekan emisi gas rumah kaca.
Dari segi kesehatan, program ini juga memberikan dampak positif.
“Adanya insentif ekonomi untuk menjual minyak jelantah mendorong masyarakat untuk tidak menggunakan minyak goreng bekas secara berulang,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, penggunaan minyak jelantah berulang dapat menghasilkan senyawa berbahaya seperti radikal bebas dan akrolein, yang membahayakan kesehatan.
Selain itu, program ini juga diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya penggunaan minyak jelantah berulang dalam makanan.
Dengan akses yang lebih mudah untuk mendaur ulang minyak bekas menjadi biofuel, masyarakat akan lebih terdorong untuk menggunakan minyak baru untuk memasak, yang lebih sehat.
Sebagai bagian dari pengembangan program ini, Amin mengusulkan agar Pertamina melibatkan komunitas masyarakat dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam pengumpulan minyak jelantah.
“Pertamina dapat menjalin kerja sama dengan komunitas lokal dan UMKM untuk menjadi mitra strategis dalam mengumpulkan minyak jelantah dari masyarakat. Langkah ini akan memperluas jangkauan program sekaligus memberdayakan masyarakat secara ekonomi,” kata Amin.
Menurut Wakil Rakyat dari Dapil Jatim IV itu, kolaborasi dengan komunitas dan UMKM akan menciptakan ekosistem yang lebih inklusif dalam pengelolaan minyak jelantah.
Dengan melibatkan berbagai pihak, program ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga memberdayakan ekonomi lokal.
Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga melalui subholding Commercial and Trading meluncurkan program green movement UCO pada 21 Desember 2024, sebuah inisiatif mengumpulkan minyak jelantah (used cooking oil atau UCO) dari masyarakat termasuk SPBU dan rumah sakit IHC Pertamina.
Program ini memungkinkan masyarakat menukarkan minyak jelantah dengan saldo e-wallet sebesar mulai dari Rp6.000/liter dan berkesempatan mendapat evoucher MyPertamina senilai Rp 25.000 untuk 50 peserta beruntung setiap bulannya melalui aplikasi MyPertamina.
Program Green Movement UCO ini merupakan program pilot project yang akan berlangsung selama setahun kedepan, bekerjasama dengan noovoleum sebagai penyedia UCOllect Box yang telah tersertifikasi internasional sebagai pengumpul minyak jelantah atau UCO.
Saat ini titik pengumpulan berada di 7 titik yaitu di Kantor Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat di Jakarta Pusat, Rumah Sakit Pertamina Pusat di Jakarta Selatan, Rumah Sakit Pelni di Jakarta Barat, SPBU 31.401.01 Dago Bandung, SPBU 31.128.02 MT Haryono Jakarta Selatan, SPBU 31.134.02 Kalimalang Jakarta Timur, dan SPBU 31.153.01 BSD Tangerang Selatan.
Ketujuh titik tersebut akan terus di evaluasi berkelanjutan untuk ekspansi ke lokasi lainnya di Indonesia.