Jakarta, JurnalBabel.com – Anggota Komisi VI DPR, Amin Ak, mendesak pemerintah bergerak cepat menyusun langkah antisipasi atas krisis finansial yang menimpa industri properti di China dan tsunami kebangkrutan yang menimpa dunia usaha di Jepang.
Menurutnya, krisis yang melanda kedua negara bisa berdampak bagi perekonomian Indonesia karena hubungan perdagangan.
“Nilai neraca dagang antara Indonesia dengan China dan Jepang sangat besar. Indonesia juga terlibat utang yang cukup besar dengan kedua negara tersebut. Krisis yang melanda China dan Jepang bisa berdampak bagi perekonomian Indonesia,” ujar Amin dalam keterangan tertulisnya, Selasa (28/9/2021).
Seperti diketahui, pekan lalu, raksasa perusahaan real estate China Evergrande, mengumumkan gagal bayar atas utang jumbo senilai US$300 miliar.
Sedangkan di Jepang, menurut laporan Teikoku Databank per 3 September lalu, menyebutkan ada 2.000 bisnis dan perusahaan gulung tikar. Jumlah kewajiban akibat kebangkrutan tersebut nilanya mencapai 620,6 miliar yen atau sekitar Rp 80 triliun.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juli lalu menyebutkan, nilai ekspor Indonesia ke China mencapai 3,5 miliar dollar AS dan nilai impor dari China mencapai 4,4 miliar dollar AS. Sementara itu, dalam kurun lima tahun terakhir (2016 – 2020), nilai perdagangan yang melibatkan kedua negara terus meningkat.
Periode 2018 hingga 2020, total perdagangan Indonesia dan China berkisar antara US$ 71,5 miliar – US$ 72,89 miliar per tahun.
Tren ekspor Indonesia ke China dalam lima tahun terakhir juga meningkat. Tahun 2020 lalu ekspor Indonesia ke negeri Tirai Bambu itu mencapai US$ 31,78 miliar atau meningkat 13,7% dari tahun 2019 sebesar US$ 27,96 miliar. Dari jumlah tersebut, ekspor non migas mencapai US$ 29,94 miliar pada tahun 2020 meningkat 15,6% dari tahun sebelumnya sebesar US$ 25,89 miliar.
Sementara itu neraca perdagangan Indonesia – Jepang tahun lalu, meski pandemi, mencapai US$ 24,34 miliar. Sebelum pandemi neraca perdagangan kedua negara berturut-turut US$ 37,44 miliar pada tahun 2018 dan US$31,67 miliar pada tahun 2019. Ekspor Indonesia ke Jepang didominasi non migas masing-masing US$ 16,31 miliar (2018), US$ 13, 81 miliar (2019), dan US$ 12, 89 miliar pada tahun 2020.
Politisi PKS ini menilai dampak krisis kedua negara terhadap Indonesia juga bisa muncul karena keterkaitan utang luar negeri Indonesia terhadap China dan Jepang.
Merujuk data Bank Indonesia, per Juni 2021, angka utang luar negeri Indonesia ke China tercatat US$ 21,246 miliar, atau sekitar Rp 305,9 triliun, sedangkan ke Jepang US$ 27,181 miliar atau sekitar Rp 391 triliun.
“Saya minta pemerintah gerak cepat mengantisipasi dampaknya terhadap perekonomian nasional. Terutama potensi penurunan laju ekspor ke kedua negara tersebut,” kata Amin.
Bahkan, lanjut Amin, pemerintah harus mengambil langkah positif misalnya dengan mengambil peluang dari penurunan capital flow ke China dan Jepang agar bisa dialihkan ke Indonesia.
(Bie)