Jakarta, JurnalBabel.com – Pakar komunikasi politik, Hendri Satrio (Hensa), menyoroti bursa pemilihan calon ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang akan ditentukan pada Muktamar Agustus atau September mendatang.
Menurutnya, partai berlogo Kabah tersebut memerlukan sosok yang memiliki logistik atau dana politik yang memadai agar tujuan partai segera tercapai.
“Apa alasan PPP mencari ketua umum baru? Menurut saya, jawabannya logistik atau uang,” kata Hensa, Ahad (1/5/2025).
Hensa tak menampik jika jawaban tersebut terkesan pragmatis. Namun ia menyoroti saat ini fenomena di dunia politik Indonesia cenderung membutuhkan logistik dibandingkan idealisme.
Selain itu, pendiri lembaga survei KedaiKopi ini juga melihat harapan PPP saat ini adalah kembali ke Senayan setelah saat Pemilu 2024 hanya kalah 0,2 persen.
“Maka pada saat PPP mencari ketua umum, salah satu yang diharapkan adalah ketua umum yang memiliki kekuatan logistik besar dan banyak, kenapa? Karena untuk menembus Senayan tidak mudah,” ujarnya.
Terkait dengan nama-nama yang sudah mulai muncul membantah masuk ke dalam bursa caketum, Hensa melihat hal tersebut adalah seleksi alam.
Dengan tujuan PPP kembali ke DPR, maka ia melihat sosok-sosok yang sebelumnya masuk ke dalam bursa caketum itu juga terseleksi dengan sendirinya dikarenakan faktor logistik itu sendiri.
“Kemarin kan hanya kurang 0,2 persen, nah dengan tujuan PPP adalah kembali ke Senayan. Jadi nama-nama besar itu akan terseleksi dengan sendirinya dengan kekuatan logistik,” kata Hensa.
“Namun, PPP tak hanya butuh logistik saja, banyak partai yang memiliki padat modal namun gagal lolos ke Senayan, jadi selain butuh caketum kaya, juga butuh yang koneksinya luas,” sambungnya.
Sebagai informasi, Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP Muhammad Romahurmuziy mengatakan dirinya mendorong adanya wajah baru atau tokoh dari luar partai untuk memimpin PPP.
Dia mengatakan dirinya sudah banyak mendengar nama-nama besar di luar PPP yang dikabarkan sebagai calon Ketua Umum PPP, di antaranya Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Dudung Abdurachman, Amran Sulaiman, Marzuki Alie, dan Agus Suparmanto.
Sementara dari internal PPP, dia hanya mendengar tiga nama besar yang muncul, yakni Sandiaga Uno, Sekjen Arwani Thomafi, dan Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin).