Jakarta, JurnalBabel.com – Pakar komunikasi Politik, Hendri Satrio (Hensat), mengungkapkan dua kontroversi terkait pernyataan Utusan Khusus Presiden Raffi Ahmad mengenai polemik iring-iringan mobil dinas RI 36 miliknya yang baru-baru ini viral.
Kontroversi tersebut muncul setelah ada laporan bahwa pengawalan kendaraan dinas tersebut menunjukkan sikap arogan di jalan raya yang mengganggu publik.
Pertama, klaim Raffi yang menyatakan bahwa dirinya tidak berada dalam mobil tersebut pada saat iring-iringan berlangsung. Kedua, tanggapan Raffi mengenai penyebar video iring-iringan yang sudah meminta maaf.
Menurut Hensat, pernyataan Raffi yang mengaku tidak berada di dalam mobil dinas itu justru menambah kebingungan.
Dia menilai jika Raffi tidak ada dalam mobil, pertanyaannya adalah mengapa mobil tersebut dikawal?.
“Terus Patwal itu mengawal mobil atau pejabatnya? Siapa yang ada dalam mobil? Kan jadi itu pertanyaan juga,” kata Hensat kepada wartawan, Senin (13/1/2025).
Selain itu, dosen Universitas Paramadina ini juga menyoroti pernyataan Raffi yang mengatakan bahwa penyebar video iring-iringan sudah meminta maaf.
Menurutnya, pernyataan tersebut malah menimbulkan persepsi bahwa Raffi mencoba menekan penyebar video.
“Kalau menekan penyebar video, mengapa? Atas dasar apa? Apakah saat itu Raffi merasa terancam atau bagaimana?,” ujarnya.
Dia mengaitkan permasalahan komunikasi yang terjadi pada Raffi Ahmad dengan insiden serupa yang dialami oleh Miftah Maulana atau Gus Miftah.
Miftah sebelumnya juga dianggap bermasalah dalam hal komunikasi, terutama ketika ia mengolok-olok seorang pedagang es teh padahal saat itu ia menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden.
“Raffi ini seperti Miftah, masalahnya adalah komunikasi. Miftah tidak menyadari pada saat dia bicara yang tidak pantas ke tukang es, dia adalah seorang utusan khusus presiden. Raffi juga pada saat dia mengatakan bahwa di dalam mobil itu nggak ada dia, dia itu utusan khusus presiden,” kata Hensat.
Pendiri lembaga survei KedaiKopi ini menyarankan agar Presiden Prabowo Subianto segera mengevaluasi posisi Raffi sebagai utusan khusus. Evaluasi tersebut penting agar jabatan tersebut dipegang oleh sosok yang kompeten dan tidak hanya menjadi sumber kontroversi.
“Evaluasi itu penting juga agar kita bisa memastikan sosok yang mengisi jabatan utusan presiden tersebut merupakan sosok yang kompeten serta memberi kontribusi yang nyata, tak hanya kontroversi seperti ini,” pungkas Hensat.